4 Cara Menghidupkan Mentoring Kepenulisan

Mentoring kepenulisan dilakukan untuk menunjang kualitas tulisan mentee. Berbeda dari sistem mentoring formal yang dilakukan secara utuh, di Bunda Cekatan 5 ini sistem mentoring dilakukan secara santai dan informal. Pelaksanaannya pun cukup singkat, 15 menit. Melalui video call.

Biar tidak ketinggalan cara memilih Mentor yuk, mampir ke sini.

Apakah cukup? Tentu tidak! Merangkum semua rasa keingintahuan mentor di bidang kepenulisan itu luas. Cerita pengalaman saja sudah habis 10 menit, belum lagi perihal tujuan yang ingin dicapai, cara yang dilakukan dan beberapa tips dan trik yang diperlukan. Overload pokoknya.

Ternyata mentoring itu nagih. Rasanya selalu saja kurang! Yuk biar mentoring itu menyenangkan dan lebih hidup, lakukan beberapa langkah ini. Siapa tahu, kita yang awalnya berniat jadi mentee malah jatuh cinta dan kepincut jadi mentor.

Merangkum Pengalaman Menulis

Tujuan dari proses ini untuk memudahkan mentor menilai sejauh mana progres kemampuan kita, serta di mana titik lemah yang harus diperkuat. Selain ditulis, kita pun harus mampu bercerita. Pembicaraan proses kepenulisan secara dua arah lebih mudah menggali potensi diri kita yang kadang terlupakan.

Saya sudah dua tahun vakum menulis. Alasan pertama karena anak. Si sulung membutuhkan terapi intensif setelah didiagnosa ADHD. Kedua, karena melahirkan. Qodarulloh anak kedua sangat aktif. Lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Sehingga waktu istirahat lebih sedikit.

Awal Buncek saya bertekad untuk mengatur waktu menulis, prioritas pertama menulis buku. Prioritas kedua, menulis blog. Kenapa buku? Karena saya sudah pernah melakukannya dan ternyata bisa. Dulu saya menganggap itu memang passion saya dan kali ini pun akan mudah dilakukan. Kalau blog, sayang saja blog yang dari awal butuh perjuangan jadi berdebu. Pun cuan yang didapat dari blog lebih cepat perputarannya daripada buku.

Kenyataannya, semua itu tidak berjalan baik. Dari 30 hari tantangan, banyak sekali hari bolong. Di mana saya memang tidak bisa menulis tepat waktu sesuai rencana. Pagi hingga sore bayi aktif, bocil pun butuh pendampingan dan teman. Saya lebih banyak melakukan pekerjaan di malam hari. Khusus menulis, dijadwalkan 30 menit setiap harinya.

Dari 30 menit itu, kalau hanya sekadar menulis bisalah satu-duaa halaman. Namun, kalau harus membaca referensi kemudian menulis ternyata tidak mampu. Waktu membaca menyedot semua konsentrasi. Padahal, kalau menulis buku sejatinya kita harus bisa menyeimbangkan antara pengalaman dan referensi. Jadilah semuanya tidak optimal.

Belum lagi kalau bayi dalam kondisi tidak fit ataukah suami ada di rumah. Kebetulan saya LDM, suami di rumah membuat waktu itu terasa berharga kalau dihabiskan berdua. Waktu 30 menit itu kok ya sulit konsentrasi. Blank!

Berkaitan dengan mentor, akhirnya saya lebih mengerucutkan diri untuk menulis blog. Blog saya menjamur dari setahun yang lalu. Bersamaan dengan waktu menulis buku itu jadwal saya menulis blog biasanya di akhir minggu. Setidaknya dalam seminggu ada satu tulisan yang dirasa cukup pantas untuk diunggah dan layak baca.

Menuliskan Rencana Pembelajaran

Rasional! Itulah kunci dalam menentukan tujuan kepenulisan yang ingin dicapai. Dalam hal ini perencanaan di awal dibatasi dalam waktu 6 bulan.Seperti belajar dari awal lagi!

Pekan 2 (melalui video call)

Belajar dari blogger yang masih/ selalu aktif berselancar di dunia maya.

Mempelajari cara membuat artikel yang relevan dan enak dibaca. Dan tahu blog seperti apa yang enak untuk dibaca.

Pekan 3

Membuat rencana konten blog

Pekan 4

Praktik 1x artikel sesuai SEO

Pekan 5

Praktik 2x artikel sesuai SEO

Pekan 6

Praktik 2x artikel sesuai SEO

Mencari lomba blog yang sekiranya bisa diikuti

Pekan 7

Praktik 2x artikel sesuai SEO

Mencari lomba blog yang sekiranya bisa diikuti

Jangka pendek

Produktif menulis minimal 1 artikel setiap minggu. Langkah awal yang dilakukan membuat perencanaan konten. Pun untuk tema ADHD menjadi salah satu artikel wajib yang harus ditulis 1x setiap bulan.

Jangka Menengah

(November-Desember) Mampu menulis 2 artikel yang sesuai SEO dan grafiknya memuaskan di GSC. Setidaknya mampu menarik minat pembaca minimal 20 kunjungan per hari.

Jangka Panjang

Tulisan rutin 2x seminggu. Tahun 2025 menjadi lebih PD mencari job lewat blog. Pun aktif dalam perlombaan.

Menjadi Mentee yang Aktif

Dalam mentoring, keaktifan mentee menjadi salah satu jalan untuk menggali ilmu dari mentor. Untuk itu diperlukan kesiapan sebelum melakukan proses mentoring. Kalau perlu, list pertanyaan sudah disiapkan. Jangan sampai kesempatan ketemu terlewat begitu saja. Waktu yang tersedia dalam kesepakatan harus dioptimalkan.

Seperti saya yang ingin menggali perihal blog Mbak Tika (katatika.com). Sejak kapan mulai ngeblog? Bagaimana menjaga konsistensi ngeblog? Bagaimana membuat artikel yang menarik dan layak untuk dipublish? Perjalanan dan kelayakan tujuan saya bagaimana? Dan beberapa pertanyaan lain sudah dicatat sebelumnya.

Mentoring Kepenulisan Blog bersama Mbak Tika
Mentoring Kepenulisan Novel bersama Mentee (Mb Dini)

Pun ketika saya menerapkan hal ini kepada mentee (Mbak Lini) yang notabene ingin membuat novel. Saya ingin menekankan perihal tujuan yang sudah ditulis. Apakah mampu terlaksana ataukah tidak? Pun dalam penulisan novel, saya juga ingin mengetahui sejauh mana mentee memahami proses dan pengalaman yang telah di laluinya.

Mengerucutkan Tujuan yang Mampu Dicapai

Dalam hal ini dilihat dari kesanggupan dan peluang yang ada. Seperti saya, saat menuliskan tujuan, tentu saya memperhitungkan kesibukan dan kemampuan diri dalam satu minggu. Setelah mencoba satu bulan, sekiranya ada formula yang tepat untuk dipraktikkan.

  • Waktu efektif saya menulis sekitar 30 menit, minimal 2-3x dalam seminggu.
  • Target 1x artikel sesuai dengan kesibukan yang dijalani saat ini
  • Saya harus fokus pada satu keahlian, akhirnya pilihan jatuh pada menulis blog.

Berbeda dengan menulis blog yang lebih mengarah ke non fiksi, Mbak Lini masih setia pada novelnya. Yang mau menikmati dan baca novelnya dapat dibaca di sini.

Untuk itulah saya memberikan beberapa saran pada tulisan yang pernah dibuatnya, di antaranya:

  1. Penulisan dasar seperti dialog tag, imbuhan, awalan ataupun sapaan masih ada yang keliru penulisannya.
  2. Mengenai POV (Point of View)  yang tidak konsisten, memicu adanya kebocoran POV.
  3. Penulisan yang terlalu padat dalam sebuah bab membuat mata pembaca mudah lelah. Apalagi saat ini penggunaan gadget lebih diutamakan dari hp.
  4. Rasionalitas dalam alur cerita perlu dikuatkan. Karakter yang lemah dari tokoh mempengaruhi emosi yang muncul dari cerita.
  5. Bab awal itu istimewa. Perlu tips dan trik khusus agar pembaca tertarik membaca dan merampungkan cerita.

Menjadikan mentoring sebagai diskusi terbuka menjadi kesempatan bagi mentor dan mentee untuk bisa berkembang. Kedua peran baik mentor ataupun mentee sama-sama belajar. Keduanya bisa berjalan bersama, saling menerima dan memberi ilmu kepenulisan. Mentee sudah selayaknya menyerap ilmu dari mentor. Namun, tidak menutup kemungkinan mentor melakukan hal serupa pada mentee.

Bagaimana dengan pengalaman Sobat semua? Apakah sudah merasakan nikmatnya mentoring?

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *