Kirab Santri 2024
Minggu, 3 november 2024 kirab santri kali pertama di lakukan di Desa Wonokromo. Acara ini diselenggarakan oleh Ansor Fatayat NU ranting Wonokromo. Sebagai upaya untuk memperingati hari santri yang jatuh pada tanggal 22 Oktober, MDT dan TPQ se-Wonokromo ikut berpartisipasi di dalamnya. Dusun Sareyan, mengikutsertakan 2 barisan: dari RT 2 TPQ Al Baroqah dan TPQ Ngaji Bareng.
Kegiatan dimulai dengan mengumpulkan anak-anak TPQ jam setengah 7. Secara beriringan, ada yang naik motor atau mobil, kami berangkat ke lapangan Jejeran pukul 7. Satu persatu barisan disiapkan. Dilanjutkan sambutan dan pelepasan kirab. Rute yang dipilih pun terbilang jauh, bila berkaca pada anak-anak balita yang ikut. Dalam deretan barisan banyak orang tua yang harus rela menggendong anaknya agar sampai ke finish. Kelelahan dibayarkan dengan tawa dan keseruan saat pembagian snack dan doorprize di pendopo Kelurahan Wonokromo.
Acara yang menjunjung semangat dan nilai kepesantrenan ini membuat saya trenyuh. Semua itu terlihat bagaimana antusiasnya orang tua dalam proses mempersiapkan acara. Mereka juga menyisihkan waktu demi membersamai anak. Kebersamaan ini membuat saya yakin, kecintaan itu memang harus dimulai dan ditunjukkan. Saat ada acara yang ramah dan bisa mengayomi hubungan orang tua dan anak, nilai-nilai keislaman akan mudah masuk di dalamnya.
Pengalaman Ikut Kirab Santri 2024
Tahun ini pengalaman keluarga ikut kirab santri dengan personel lengkap. Saya, suami, Hakim (7 tahun) dan Hanna (1 tahun). Suami alhamdulillah bisa pulang ke rumah dan tidak ada pekerjaan, jadinya bisa membersamai.
Sebelumnya, suami tidak pernah jalan jauh. Kirab ini menjadi gebrakannya tanpa banyak drama. Melihat suami semangat ikut, Hakim menjadi lebih tenang dan anteng. Padahal ia juga sebelas dua belas dengan suami. Mudah capek dan mengeluh. Namun, kebersamaan kemarin menghantarkan kami semua sampai finish bareng.
Sorot kebahagiaan Hakim terpancar. Ia mau bangun pagi sendiri, sarapan dan berkumpul di TPQ. Ia juga selalu mengingatkan kirab ini sejak seminggu sebelumnya. Baju putih yang sebelumnya anti (karena mudah kotor), kini dipakai dengan gagahnya.
Alhamdulillah, walau sehari sebelumnya hingga malam hujan lebat. hari Minggu cuaca cerah, Tanah juga tidak becek. Suasanya justru adem dan tidak berdebu. Hanna yang sebelumnya rewel minta turun, justru diam dalam perjalanan dan menikmati suasana jalan bareng.
Keseruan Bareng Santri
Di bawah ini ada beberapa hal yang bisa diambil hikmahnya saat anak dan orang tua bisa menikmati waktu bareng dalam kirab santri.
Semangat Memberikan yang Terbaik
TPQ ataupun pendidikan sejenis berbeda pemaknaan kebutuhannya di mata masyarakat bila dibandingkandengan pendidikan sekolah. Sebagai gambaran, biaya untuk mengaji dengan sekolah formal tidak sebanding. Bahkan, ada yang bilang kalau guru ngaji itu sebenarnya lebih banyak melakukan amal karena dedikasi mereka. Apakah itu memang benar?
Kalau berkaca di dusun tempat saya tinggal, memang bisa dikatakan seperti itu. Ada 2 TPQ dalam satu dusun. Satu dikelola secara sukarela (Al Baroqah), satu lagi dikelola takmir masjid dan ada biaya khusus untuk menjalankannya (Ngaji Bareng). Dalam pelaksanaannya, kedua TPQ ini berjalan berdampingan. Al Baroqah masuk hari Senin, Selasa, kamis dan Jumat. sedangkan ngaji bareng libur di hari Minggu. Kadang ada anak yang ikut keduanya, ada juga yang hanya memilih satu. Semua bisa memilih. Tidak ada paksaan di dalamnya.
Hakim—anak saya lebih memilih TPQ Al baroqah. Di mana sebagian besar teman-teman satu RT mengaji di sana. Diampu oleh Bu Ning dan Pak Yanto, orang tua saling bergandengan tangan agar kegiatan ini dapat berlangsung baik dan dinikmati anak-anak. Ada yang membantu konsumsi, dokumentasi, pemenuhan air minum dan snack, dan ada juga yang mengkoordinir ibu-ibu untuk iuran.
Semangat orang tua dalam kebaikan menular ke anak. Dari santri yang berusia 2 tahunan hingga anak SMA sama-sama mengambil peran. Yang besar membantu dan mengayomi yang kecil. Yang besar menarik keseran yang memuat logistik (minuman, roti dan sound).
Jalan Kaki yang Barokah
Kirab tidak hanya dilakukan oleh santri. Orang tua/ pendamping pun turut serta di dalamnya. Kebetulan, sebagain besar santri dari TPQ Al Baroqah berusia di bawah 5 tahun. Dalam balutan koko/ kemeja dan gamis putih, semuanya beriringan menyusuri jalan sembari mendengarkan lagu tentang bangga menjadi santri.
Saat di pertengahan jalan, satu per satu anak balita mulai tumbang. Lelah terpancar dari wajah mereka. Sengatan matahari menambah rasa haus yang kian menjadi. Namun, di antara mereka tidak ada yang minta untuk pulang. Semuanya berupaya untuk saling menguatkan hingga mencapai finis. Dalam balutan kebersamaan, kirab yang notabene harus berjalan kaki ini bisa berlangsung aman dan damai.
Anak Lebih Sayang pada Orang Tua
Konsep kasih sayang dipahami berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dijalani. Pun untuk hubungan orang tua dengan anak. Dalam agama, kita diharuskan bertaqwa pada Allah, meneladani nabi Muhammad dan juga berbakti pada orang tua. Melihat kesabaran dan effort orang tua dalam membersamai anak membuat anak-anak mampu merasakan kehangatan dan kasih sayang orang tuanya.
Aku lo diperhatikan! Aku lo ditemani hingga akhir! Aku lo memiliki orang tua yang selalu siap sedia berkorban untukku. Walau harus mengikis waktu istirahat mereka, orang tua secara sadar dan penuh mencurahkan perhatiannya pada anak. Anak pun merasa dihargai.
Bertabur Doorprize
Doorprize bagi anak-anak menjadi daya tarik tersendiri. Entah kecil ataukah besar semuanya tetap menarik. dibungkus sampul berwarna cokelat, anak-anak sudah berbisik-bisik saat melihat tumpukan doorprize itu di pendopo. Buka bungkus kadonya itu lo! Rasa puas mendapat doorprize juga tak terbantahkan. Doorprize didapat dari sponsor acara melalui undian nomor yang didapat peserta saat melakukan kirab.
Saya dan Hakim mendapat nomor 144 dan 160. Sayang, kedua nomor ini belum bisa mengantarkan kami untuk mengambil doorprize di depan panggung.
Anak Kenyang Orang Tua Tenang
Dalam melakukan kegiatan bersama anak-anak, makanan dan minuman menjadi bahan list yang harus terpenuhi. Para santri ada yang membawa bekal sendiri. Dari panitia penyelenggara menyediakan snack. Belum lagi dari TPQ sendiri juga menyediakan air minum, roti, dan nasi. Setelah kirab selesai dan para santri duduk di pendopo. Mereka menunggu pembagian logistik. Pun saat acara dimulai, anak-anak masih ada yang menikmati makanannya. Alhamdulillahnya, panitia memahami kondisi anak-anak.
Tips bagi anak yang kurang menyukai bekal atau konsumsi yang disediakan. Ada banyak pilihan makanan dan minuman yang bisa dipilih. Yups, layaknya ada keramaian di tempat umum, penjual berderet rapi di sepanjang pintu masuk dan keluar pendopo. Ada yang jual es teh, minuman botol dingin, es milo, yakult dan aneka minuman lain. Sedangkan dalam makanan, lebih banyak yang berupa bakso ataukah cilok.
Kalau penjual mainan? tentu saja ada! Tak ketinggalan penjual balon yang bisa terbang itu. Hakim sebelumnya berkeliling melihat aneka mainan, tetapi karena jatah mainannya sudah diambil. Saya dan suami hanya membelikannya es teh.
Kalau Sobat bagaimana? Apakah di daerah kalian ada kirab? Apakah kalian juga terlibat dan ikut di dalamnya? Yuk, biar lebih gayeng kita saling sapa dan cerita di kolom komentar.