Seseorang yang membantu dan mengarahkan kita dalam bidang yang ditekuni dari pengalaman, pengetahuan dan ketrampilannya dinamakan mentor. Mentor berupaya membuat mentee—seeorang dibawah asuhannya untuk berkembang. Proses interaksi dan pendampingan mentor dengan mentee dinamakan mentoring.
Saya kali pertama mendengar istilah mentoring saat kuliah. Selama ospek, dalam satu kelompok, sekitar 10 orang dibimbing oleh seorang mentor. Kala itu materi utama yang diterapkan berupa siraman rohani. Kegiatan sharing atau diskusi yang dilakukan santai dengan duduk membentuk lingkaran. Kegiatannya pun dilakukan dalam waktu jangka panjang, satu semester.
Berbeda dengan choching yang terarah dan berfokus pada pencapaian tujuan dalam waktu singkat, mentoring bersifat informal. Fokus hubungan pun, lebih kepada pengembangan keseluruhan individu. Mentoring membuka kesempatan adanya diskusi terbuka. Tidak hanya memberikan saran, mentor juga menjadi panutan dan sumber inspirasi. Dalam hal ini, berbagi wawasan tidak dibatasi waktu yang ketat.
Di tahapan Bunda Cekatan dalam petualangan di Hutan Kupu-Kupu Cekatan, saya diberi kesempatan untuk belajar jadi mentor sekaligus mentee. Deg-degan sekaligus penasaran. Seperti apa ya prosesnya? Nah, di bawah ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum memilih mentor.
Memiliki Ketrampilan yang Ditekuni
Titel Ibu Rumah Tangga (IRT), ternyata membutuhkan mentor demi merampungkan tugas dan pekerjaannya. Lingkup kerja IRT nyatanya luas. Dimulai dari pengembangan diri, perkembangan dan pertumbuhan anak, belum lagi perihal yang menyangkut hubungan dengan suami. Di sini saya harus memilih satu di antaranya. Dalam hal ini saya memilih pengembangan diri: topik menulis.
Tiga tahun proses menulis menjadi proses pembelajaran sekaligus penyaluran keahlian. Sebagai gambaran, saya menuangkan perjalanan saya selama menulis dalam portofolio. Sebelumnya, menulis buku menjadi arah utama. Saat si sulung didiagnosa ADHD dan saya hamil anak kedua, fokus menulis ambyar. Kali ini saya ingin memulai lagi dan berkembang ke arah yang lebih jauh, di antaranya mengenai penulisan artikel dan dunia blog.
Penentuan ketrampilan ini, membantu saya menyortir mentor dari sekian ratus CV yang dikirimkan ke dalam grup fb Hutan Kupu-Kupu Cekatan. Saya pun bisa lebih fokus dan gercep saat meminang—proses pemilihan mentor dilakukan.
Fokus Pada Tujuan
CV yang berada di album terlihat menarik dan sangat menggiurkan. Ada berbagai keahlian yang ditawarkan mentor. Satu per satu saya baca, wah seperti belanja. Sangat memanjakan mata. Bila berhubungan dengan peta belajar saya, perawatan diri dan juga manajemen emosi serta komunikasi efektif menjadi hal yang ingin saya coba kulik. Namun, bila disesuaikan perkembangan yang saya lakukan sekarang, dunia menulis lebih utama.
Mentor dunia menulis pun banyak, ada yang fiksi ataupun non fiksi. Dari sekian CV saya mengerucutkan ke non fiksi. Itu pun yang berkaitan dengan artikel dan blogging. Nah, kenapa tidak dengan buku? Karena sebelumnya saya sudah mendalaminya. Tahapan kali ini saya ingin lebih mengembangkan diri tentang cara menulis yang lebih menarik dalam cakupan lebih luas. Bagaimanapun menulis dalam bentuk cetak atau digital sangat berkaitan. Copy writer ya istilahnya. Mulai dari segi promosi atukah kebutuhan lain, semua memiliki cara penulisan tersendiri. Harus ada keunikan. Inilah yang ingin saya dalami.
Tahu Adab dan Sopan Santun
Saat mentoring dikenalkan, kami sebagai kupu-kupu Cekatan sudah diberitahu alur yang harus dilakukan. Demi kelancaran alur dibuatlah aturan. Semua peraturan tertuang dalam Coc (Code of Conduct) Ibu Profesional. Hal yang boleh ataupun tidak sudah tertuang di sana. Termasuk adab dalam memilih dan menentukan mentor. Langkah pertama nenilih mentor dari CV yang sudah disetorkan di album Hutan Kupu-Kupu. Kita menyesuaikan ketrampilan yang dimiliki dan kemampuan mentor.
Tahap kedua mengisi gform. Gform dibuka hari rabu pukul 8. Saya pun ikut war mentor ini. Kenapa? Karena takut mentor incaran sold out. Nomor yang dihubungi tidak boleh didapat dari luar gform. Setelahnya melamar dari nomor yang telah disediakan. Tugas saya tinggal menunggu jawaban mentor. Diterima artinya saya berhasil, kalau ditolak? Ya harus mencari calon mentor baru hingga dapat.
Pilihan calon mentor yang sudah saya incar bernama Mbak Kartika Eka Pratiwi dari IP Padang. Saya sudah jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihat CV-nya. Deretan pengalaman dan keilmuan yang dimiliki di bidang kepenulisan artikel ataupun blog membuat saya kepincut. Inilah yang saya butuhkan.
Proses menghubungi mentor membutuhkan waktu lebih lama. Menunggu balasan seperti menunggu balasan lamaran pernikahan. Deg-degan! Alhamdulillah setelah berkenalan, saling sapa dan menyerahkan portofolio lamaran saya diterima. Alhamdulillah dapat mentor di tengah hecticnya cerita pencarian mentor di grup regu. Regu di Buncek 5 ini dibagi menjadi 12, saya berada di regu 9 sekaligus sebagai ketuanya.
Laporan saya selesai. Tugas saya terselesaikan. Sayangnya, di saat pengecekan gform di siang hari. 5 jam sejak saya mengisi gform, rekapan dan data saya tidak ada. Setelah tanya di grup karegu, itu artinya saya tidak terhitung mengisi gform. Proses lamaran saya gagal/ tidak diakui.
Ya Allah, lemeslah badan ini. Tanpa menunggu waktu, saya pun submit ulang. Ternyata? Saya dan salah seorang teman sekaligus anggota regu 9 yang berada tepat di atas saya (Mbak Aisyah) urutannya juga memilih Mbak Kartika sebagai mentor. No wa yang saya klik di awal bukan di sheet milik saya, tapi Mbak Aisyah.
Setelah melakukan kecerobohan itu, saya mengulangi proses pemilihan mentor. Dari awal, dari nol. Alhamdulillah masih berjodoh. Mbak kartika pun sempat menegur kebodohan saya. Namun, ketika mengetahui kejadiannya, kami tertawa bareng atas kecerobohan dan ketidaktelitian yang saya lakukan.
Berlatih Menjadi Mentor
Setiap orang bisa menjadi mentor! Itu yang dikatakan oleh dekan Buncek 5—Mbak Iqiq. Tidak harus melakukan ketrampilan secara profesional. Setiap orang yang sudah mendalami dan melakukan ketrampilan secara rutin selama minimal sebulan sudah mampu berbagi kok. Tidak harus menjadi sempurna. Semua bisa menjadi sarana belajar. Jadi, hanya mau atau tidak.
Di awal pengisian gform, dalam waktu singkat saya mendapat mentee. Alhamdulillah ada Mbak Andalini Mantriwi dari IP Regional Kalbar (Lini) yang mempercayai saya. Kalau berbicara masalah rasa, tentu saja sangat senang. Karena merasa calon mentee membutuhkan saya. Mentee melihat dan mengakui kemampuan saya yang masih dangkal ini. Nyatanya, sesuatu yang saya anggap sepele dan kurang menantang, belum tentu sama di mata orang lain.
Membuat CV dan Portofolio yang Menarik
CV sebagai sarana dalam menunjukkan ketrampilan atau kelebihan yang kita miliki. Lebih baik satu kelebihan yang dikulik. Jika multitasking bagaimana? Cantumkan ke CV sesuai dengan yang audiens butuhkan. Semakin CV terperinci, calon mentee akan mudah dalam menganalisa dan mencocokkan kebutuhannya.
Sedangkan portofolio berupa ringkasan perjalanan atau seberapa kesiapan kita dalam melakukan sesuatu. Dari fortofolio ini kita akan tahu progres pekerjaan yang berlangsung sekarang. Portofolio juga membantu mentor dalam menganalisa sampai sejauh mana kemampuan mentee. Pun mentor mampu mengukur bagaimana cara melakukan mentoring yang tepat.
Demikianlah beberapa hal yang bisa kita lakukan dalam mencari mentor. Kelihatan heboh dan ruwet di awal. Namun, kalau dilakukan secara perlahan dan pasti tentu akan memberikan kemudahan bagi kita sebagai mentee ataupun calon mentor.
Selamat mencoba dan menikmati proses serta progresnya. Yuk, saling berbagi cerita tentang mentor ini di kolom komentar.