Pernahkah kita berkenalan dengan manajemen waktu di rumah. Pernahkah kita merasa bosan, merasa minder, rendah diri, ataukah merasa tak berguna. Adakah yang pernah merasa demikian ketika memutuskan menjadi ibu rumah tangga? Berada di rumah seharian, menjalani kegiatan monoton bahkan bisa dikatakan tak menarik dan merasa tidak memiliki aktivitas bergengsi yang bisa dibanggakan.
Ataukah kita merasa sebaliknya. Bahagia dan bangga jadi ibu rumah tangga. Tak malu untuk sekadar berbagi ilmu sederhana, semisal beberes yang cepat, hubungan anti gagal dengan mertua, ataukah mengenai urusan anak dan suami.
Sobat pilih yang mana?
Pilihan Menentukan Bagaimana Kita Menjalaninya.
Hati tak bisa disepelekan, hati juga tak bisa dipandang sebelah mata. Seseorang yang menyertakan hati dalam pekerjaannya akan memiliki hasil berbeda dalam menikmati rasa lelah dan juga hasil kerjaannya. Pun dengan ibu rumah tangga.
Semisal ni, seorang ibu merasa bahagia karena mengurus makanan untuk keluarga, ada banyak hal yang didapat. Selain mendapat pahala, pekerjaan juga dirasa menyenangkan. Tidak peduli masakan keasinan ataukah justru kemanisan, makanan akan tetap diterima sebagai ungkapan syukur. Pun kalau anak mengganggu dan suami tidak membantu, kita masih bisa bersyukur dan menyelesaikan pekerjaan tanpa adanya keluhan.
Badan memang lelah, tetapi emosi yang menyertai membuat kita tenang. Tidak ngedumel dan nggrundel di belakang. Dari pekerjaan yang kita lakukan, bisa diambil hikmah bahkan ilmu yang menggoda untuk dibagikan kepada orang lain.
Nah, sekarang kalau kita berada di posisi sebaliknya. Bisakah membayangkan bagaimana sumpeknya pikiran, pekerjaan tidak selesai, wajah tegang mulu. Belum lagi kalau suami protes atau komplain, siap-siap deh peperangan terjadi.
Amit-amit ya!
Belajar Manajemen Waktu
Ibu rumah tangga perlu manajemen waktu? Memangnya manajemen waktu hanya untuk karyawan ataukah pelajar saja!
Di rumah kita ini juga perlu mempelajarinya lo. Kenapa? Seperti yang kita tahu, niatan yang baik sudah menjadi pahala. Dalam melakukan kegiatan harian yang diperlukan adalah konsistensi.
Emosi perempuan itu bisa dikatakan mudah mengalami perubahan, nah untuk memudahkan kinerja harian di rumah perlu adanya upaya untuk mengoptimalkan pekerjaan yang ada. Jadi, selain bisa menyelesaikan pekerjaan kita juga bisa lebih banyak menikmati waktu sendiri (me time istilah kerennya.)
Dimulai dari mana? Menurut Mama Iis yang juga seorang public speaker kita perlu melatih diri sendiri sebelum menyalurkannya ke orang lain. Sudah siap memulainya?
- Dimulai dengan bangun pagi
- Melatih disiplin diri
- Membuat perencanaan
- Hindari menunda pekerjaan
- Bersegera tanpa tergesa-gesa
- Menghindari begadang
- Terakhir tapi bukan akhir, lakukan evaluasi diri
Khusus untuk ibu bekerja agar 100 % bisa menyesuaikan waktu dan pikiran antara rumah dan tempat kerja: buat rutinitas dan kebiasaan yang membantu kita bekerja seefisien mungkin ketika masih di kantor, agar tidak ada tugas kantor yang harus dibawa ke rumah. Salah satunya membagi beban kerja dengan pasangan.
Sertakan syukur dan senyum setiap saat. Lalu ketika di rumah, jauhkan ponsel. Tinggalkan jabatan saat di rumah, kita harus 100 % fokus pada pekerjaan di rumah dan anak. Hal ini setidaknya membuat kita terhindar dari rasa bersalah karena tidak bisa pulang tepat waktu untuk anak atau merasa tak tenang karena tidak menyelesaikan tugas kantor.
Orang lain bisa jadi hebat, tapi kita jauh lebih hebat. Ingat, pikiran yang paling buruk adalah pikiranmu sendiri. Jadi, mulailah mencintai diri sendiri, optimalkan aset diri. Karena kita hidup bukan untuk memuaskan banyak mata, kita berharga bukan dari pandangan dunia, tapi dari hati kita sendiri.
Tips 7M, Manajemen Waktu
Membuat Jadwal untuk memulai manajemen waktu
Terlihat sepele, tetapi bermanfaat banget. Sama kalau kita ingin memasak. Lebih mudah memasak dengan menulis resepnya agar menjaga konsistensi rasa. Berbeda kalau kita sudah terbiasa masak menu itu, setiap sentuhan dan apa yang kita masukkan di dalamnya serasa sudah hafal. Tangan kita ini ibaratnya sudah jadi sendok ukur, mau secuil gula merah, garam jumputnya pakai tangan, pun dengan gula, rasanya sudah enak.
Pembuatan jadwal secara sederhana dalam bentuk list memudahkan anak untuk melakukan kegiatan yang diinginkan.
Melalui reward dan punishment juga membuat kita dapat belaja menghargai atas segala sesuatunya. Belum tentu yang jelek itu memang begitu adanya. Pun sebaliknya
Jadwal juga membantu kita untuk mengatur prioritas. Mana yang didahulukan, mana yang bisa ditunda, semua bisa diatur. Hal ini juga membantu kita untuk mengikis kegiatan yang dapat membuang waktu, semisal bergosip dengan tetangga.
Tuliskan saja kegiatan rutin yang ada!
Senin | Selasa | Rabu | Kamis | Jumat | Sabtu | Minggu |
Mencuci | Ngepel lantai | Mencuci | Belanja mingguan | Me time dengan keluarga |
Membuat komitmen dengan berbagi tugas bersama anggota keluarga
Pasangan itu tidak hanya untuk berbagi kebahagiaan, berbagi kerjaan juga sangat menguntungkan kok. Asalkan ada pembicaraan atau diskusi dulu ya, biar kesannya tidak mengangambil keuntungan dari salah satu pihak.
Semisal suami bekerja, buat perjanjian untuk weekend, ada nge-date bareng, kadang sendiri bisa juga besama anak. Pun kalau anak sekolah, bisa saja suami yang menjemput atau bahkan mengurus mereka ketika kita sibuk dengan pekerjaan rumah tangga.
Partner juga membantu kita untuk konsisten. Apalagi kalau ia diajak berpartisipasi dalam apa yang kita rencanakan, semisal kita memutuskan untuk menyelesaikan setrikaan sebelum akhir pekan, suami dapat bertindak sebagai alarm. Bisa juga diberlakukan reward dan punishment. Ini sebagai variasi dan membuat kita lebih menepatinya.
Misal: jika berhasil selesai kita bisa berbelanja makanan kesukaan: martabak. Kalau gagal kita melakukan hukuman yang diberikan suami.
Membuat semuanya lebih mudah
Kemudahan adalah jalan ninja sebelum aktivitas di pagi hari. Pagi hari biasanya kita memiliki kesibukan masing-masing. Semuanya perlu dipersiapkan di hari sebelumnya. Istilahnya dicicil.
Jadi, malam sebelum tidur kita sudah mempersiapkan bahan/ menu yang dimasak esok hari, mulai dari bumbu sudah dikupas, sayuran dipotong dan disimpan di kulkas. Pokoknya pagi itu tinggal cemplung-cemplung, set-set. Rebes. Seragam anak/ suami juga disiapkan, pun dengan prentilan yang harus mereka bawa.
Yah, masalah kunci saja kadang membuat suami bad mood, apalagi kalau dicari tidak ketemu, tidak dicari kita dikira mengabaikan. Lebih baik dicek dulu keperluan untuk kerja, dipersiapkan di tempat yang mudah dijangkau.
Pekerjaan pun dibagi dengan suami atau anak (semampu mereka). Bila ibu memasak, bapak memandikan bocil. Makan juga demikian, biarkan bocil melakukannya sendiri, kalau dirasa terlalu lama perlu rencana untuk membangunkannya lebih pagi. Kalau anak dan suami tidak terbiasa sarapan, siapkan bekal.
Multitasking
Ini tak perlu diuraikan lagi lah, setiap emak tanpa disadari akan berbuat demikian. Memasak sembari nyuapi anak. Menyiapkan bahan masak sembari ikut seminar. Menyapu sembari memikirkan rancangan untuk menulis apa, mau masak apa, mau week end ke mana. Beberapa kegiatan bisa dilakukan dalam sekali waktu, apalagi kalau berbelanja sembari ngrumpi. Eh, salah kalau ini! Kebiasaan ini perlu diolah dan dilatih agar lebih efisien lagi.
Membuat rutinitas yang berulang
Setelah jadwal terbentuk, rutinitas adalah hal yang perlu dijaga. Jika anggota keluarga tahu apa yang biasanya kita lakukan, akan mudah untuk mengevaluasi dan mengerjakannya.
Semisal mengenai belanja tadi. Jika anggota keluarga tahu waktunya, mereka secara alami juga akan tahu oh kalau mau jajan tambahan tunggu hari sabtu dulu (ini perlu ekstra banget untuk bocil, tetapi tak ada salahnya dicoba.)
Pun kalau kita mau meminta bantuan suami atau anggota keluarga yang lain juga lebih mudah dalam menentukan waktu. Bagaimanapun, setiap aktivitas akan lebih mudah terlaksana jika keluarga juga mendukung dan ikut berpartisipasi.
Mengatakan tidak!
Belajar mengatakan tidak membuat kita lebih mudah untuk menata prinsip diri dan keluarga. Sebut saja keinginan anak, tidak semua keinginan anak perlu dituruti, semacam mainan ataukah makanan siap saji sepeti burger.
Hal ini mengajarkan untuk sistem berhemat dan berpegang teguh pada pendirian. Selain itu, juga mengajarkan untuk hidup secara sehat dan sederhana.
Untuk menyiasatinya, bisa diganti dengan mengabulkan permintaan itu di hari tertentu (minggu). Bersama-sama menikmatinya,bukan khusus untuk memenuhi keinginan anak lo ya. Jadikan momen itu sebagai sarana untuk saling member saran dan sebagai ungkapan syukur. Sesekali menikmati kebersamaan seperti ini dapat meningkatkan bonding ortu dengan anak lo.
Menjaga diri dan waspada
Kesehatan diri sangat penting, kesehatan ini dapat dilihat dari dua aspek, sehat jasmani dan juga sehat rohani. Jasmani bisa dimaknai badan, salah satunya dengan tetap beraktivitas, lahraga dan mengatur asupan makanan yang masuk ke mulut.
Sedangkan rohani, dalam hal ini selain spiritual juga mental. Kenal yang namanya mental illness kan? Mental juga bisa terluka. Walau kasat mata, seringkali berpengaruh ke fisik juga. Sakit mental belum tentu gila. Mental di sini berhubungan dengan bagaimana koping kita dalam menyelesaikan masalah.
Wah, banyak banget ya. Susah kalau dipraktikkan! Belum tentu, dengan memulai setahap demi setahap kita bisa melakukannya kok.
Masih ragu untuk memulai manajemen waktu di rumah? Coba dulu yuk, 7M ini. Dijamin tidak menyesal deh.