Aku Bahagia dan Merasa Spesial di Tengah Rutinitas

Dua hari tidak cukup menjabarkan kehidupanku yang beragam di rumah. Ini pun baru kusadari, ternyata diri ini cukuplah sibuk. IRT juga punya banyak kerjaan, Bos! Kami bukanlah pengangguran. Dua halaman kertas tak sanggup menampung aktivitas dan pikiran ini. Tidak terlihat tapi terasa melelahkan. Kadang hanya lelah fisik, tak jarang pula lelah hati dan pikiran.

Untuk itulah, saat ini aku berusaha menorehkan beberapa aktivitas lain. Apakah berbeda dengan ativitas Sobat di rumah. Ataukah justru sebelas dua belas, dan saat kalian baca, kalian pun mengangguk setuju. Aku juga lo, sama.

Aku menganggap semua aktivitas ini hanya rutinitas, jadinya secara otomatis sudah bisa jalan sendiri. Terkadang, inilah yang membuat diriku kurang bergairah dalam melakukannya.

Apiida Sokoomah

Aku bahagia

Pernikahanku alhamdulillah sudah memasuki sembilan tahun. IRT menjadi pilihan setelah diskusi panjang dengan suami. Selama itu pula peranku yang semula berfokus ke diri sendiri berubah. Aku harus berupaya menjadi partner suami, serba bisa di rumah sekaligus sebagai teladan bagi bayi dan bocil. Semua itu tentunya tidak mudah. Butuh perjalanan panjang untuk bisa menemukan jalan ternyaman.

Beradaptasi dengan rutinitas dan pilihan hidup sebagai IRT di rumah. Apakah sempat gagal? Tentu saja. Efek yang paling terasa, aku mengalami obesitas tingkat 3, berada di angka 93 membuat badanku berat, seiring beratnya beban pikiran yang kupikir. Aku merasa rendah diri pada kemampuanku. Aku merasa bukan siapa-siapa. Puncaknya, aku harus menerima kepahitan ketika kehilangan calon anak kedua.

Sejak saat itulah aku berniat harus berubah. Dimulai dari mencintai did sendiri aku mulai merubah mindset, yang bisa sepenuhnya mencurahkan pikiran kepada kita hanyalah diri sendiri. Sedangkan orang lain? Suami, orang tua bahkan mertua? Mereka akan berupaya agar kita terlihat baik dan bahagia. Padahal sejatinya itu, nurani kitalah yang bekerja. Orang lain tak mampu melihat, hanya kita yang mampu merasakan.

Demi bisa memilih jalan bahagia itu, aku telah mengelompokkan kegiatanku ke dalam 4 kuadran, di antaranya:

Pilihanku

Dari beberapa pilihan yang ada, aku berusaha fokus ke pilihan Suka dan Bisa. Di mana pilihan ini yang membuatku merasa ini lo aku. Aku bisa kok melakukan sesuatu. Aku senang melakukannya, tanpa disuruh pun aku akan melakukan semua ini dengan senang hati. Tanpa melakukannya aku merasa hampa. Setidaknya, dalam seminggu sekali atau sebulan sekali, semua itu harus terlaksana.

Olahraga

Tahun 2019 menjadi titik balikku perihal kesehatan. Bila sebelumnya aku antipati, sejak saat itu aku mulai aware pada apa yang terjadi pada tubuh. Aku mulai mendekatkan diri kepada makanan sehat  hingga olahraga.

Olahraga awal yang kulakukan hanya sebatas jalan kaki. Setelahnya, melebar ke renang. Dua olahraga ini menjadi andalan selama setahunan. Barulah, ketika aku bergabung grup berani langsing tanpa pantangan, aku mengenal berbagai macam jenis workout yang bisa dilakukan di rumah. Di antaranya angkat beban.

Aku mulai menikmati hasil olahraga rutin ini. Jika sebelumnya sering sakit kepala tiba-tiba, kini tidak terasa  sama sekali. Palingan kalau capek banget saja, itu pun kadang hanya dua bulan sekali. Aku yang awalmya kesulitan jongkok, kini dapat melakukannya dalam waktu lama. Masih banyak lagi manfaat non scale yang kurasakan. Nah, kalau scalenya bagaimana? Tentu berubah dong! Bbku yang semula 93 kg kini terjun bebas ke angka 77,1 kg.

Olahraga ini juga yang membuatku merasa bahagia. Investasi jangka panjang, yang membuatku ketagihan di setiap gerakan. Bergerak, berkeringat, ada rasa puas. Dan juga yang terpenting hasil bisa dilihat dan dinikmati.

Menulis

Sebelum ada rencana diet dan juga punya anak kedua, menulis merupakan kegiatan rutin yang kujaga selama lebih dari 7 tahun. Aku meluangkan waktu setiap malam, di depan komputer atau laptop dan juga mencari literatur bacaan. Kalau menulis blog rajin ikut komunitas dan juga lomba. Pun untuk menulis cerpen/ cerita. Semua memiliki ritme yang sama.

Di satu titik, aku mengalami kebosanan pada rutinitas. Setelah buku non fiksi, Mertua, Sahabatku atau Musuhku? lolos ke penerbit aku memutuskan untuk istirahat. Pun di saat aku, terjadi peristiwa memilukan yang membuatku berbenah pada visi misi hidup. Ya, dikarenakan keguguran, akhirnya aku memutuskan untuk lebih memperbaiki hidup, terutama dimulai dari fisik.

Bulan ini, langkah awalku untuk mengubah satu listku dalam memulai dan menggali hobi/ kebiasaan lama yang sebelumnya sempat terbengkalai. Apalagi saat biaya perawatan blog harus berjalan. Sayang banget kalau blognya tidak terawat dan hanya berlalu begitu saja. Jadilah, menulis ini kuberi ruang untuk bisa berkembang lagi.

Membaca

Membaca menjadi hiburan saat menjelang tidur. Lebih tepatnya sebagai pengantar tidur. Buku yang mengambil intisari dari cerita keseharian di dunia nyata membuatku ketagihan. Makna dan juga emosi dari cerita mudah teresapi. Fiksi atau non fiksi tidak jauh berbeda. Namun, bila dibandingkan aku memilih non fiksi.

Untuk saat ini, aku cenderung memilih komik sebagai hiburan. Ringan, bacaan tak perlu banyak dan diselingi banyak gambar yang sekarang ini semakin terlihat real, memanjakan imajinasi. Yah, walau harus pandai menyeleksi genre, semuanya membuatku semakin tertarik. Apalagi yang bertema keluarga atau kerajaan.

Berbelanja

Melihat perlengkapan di lemari dan juga kebutuhan anak atau suami ada yang kurang itu rasanya tangan sudah gatel. Pikiran pun tak tenang. Tak jarang malah membuat gugup dan parno. Lebay! Bukan begitu, sebagai pejuang LDM aku terbiasa melakukan apa pun sendirian. Kalau ada sesuatu yang mendadak misal di tengah malam atau di saat bayi dan bocil rewel, pasti memusingkan. Bagaimana aku bisa keluar di saat kondisi seperti itu? Jadilah, ada rak khusus untuk menyimpan keperluan mereka.

Segala sesuatunya harus ada “serep” istilahnya. Melalui cara ini pula, aku bisa lebih mudah melakukan tracking barang yang aku beli. Segala kebutuhan dan keperluan pun lebih mudah terencana. Hal ini mempengaruhi pula pada pengeluaran.

Kalau berbelanja kebutuhan dapur dan bayi, aku lebih suka belanja online. Selain harga murah juga beragam pilihan yang didapat. Khusus untuk kebutuhan harian, seperti sabun, pasta gigi, atau sabun cuci, toko atau tetangga menjadi pilihan yang tepat. Selain memperlancar rezeki juga sebagai upaya silaturahmi.

Bakar Sampah

Dari sekian banyak proses beberes rumah dan sekitar, membakar sampah menjadi kegiatan yang menurutku paling menyenangkan dan memuaskan. Sampah di sini sudah dipilah ya, sampah yang bisa didaur ulang dikumpulkan dan biasanya diambil pemuda sebagai uang kas RT. Sedangkan sampah basah atau pampers sudah masuk ke tempat sampah. Nah, sampah kering yang biasanya berupa plastik inilah yang menjadi bahan bakar empuk untuk dinikmati sembari menyapu depan rumah.

Puas rasanya melihat kotoran menghilang dari hadapan kita. Pun dari proses pembakaran itu, luapan kobaran api seperti menelan semua yang di sekitarnya. Termasuk kotoran dan juga keresahan yang ada di hati.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *