Antipanik Menghadapi Belatung dari Bangkai Tikus Di rumah

Libur telah usai. Seharusnya menjadi hari yang menyenangkan. Namun, tidak untuk kali ini. Setelah liburan dan meninggalkan rumah selama dua minggu, saya justru harus berurusan dengan belatung. Adakah yang rumahnya diserang belatung?

Antipanik Versi Saya

Kami pulang ke rumah dari Kendal hari Sabtu. Rumah dalam keadaan kotor. Lantai penuh debu dan ada serpihan kayu di beberapa tempat. Jogja sepertinya terkena hujan disertai angin karena beberapa barang termasuk tirai penutup jendela lantai dua sampai putus. Jemuran pun ada yang sampai jatuh dan berserakan.

Saya membersihkan secepat yang saya bisa. Selain badan sudah Lelah, juga kasihan pada anak-anak. Mereka pasti capek selama perjalanan. Setelahnya, saya juga menyempatkan diri mengepel dan membersihkan dapur atau kamar mandi. Sesekali, saya membau tak sedap. Seperti bangkai, hilang timbul. “Ah, mungkin dari pekarangan kosong depan rumah,” batin saya. Biasanya orang-orang membuang sampah dan bangkai tikus di sana.

Hari Senin, saya mencuci kemudian membersihkan tempat cuci baju yang bersebelahan dengan cuci piring. Tepat di sisi yang lain, ada tembok yang membatasi ruang cuci dengan ruang makan. Terdapat kaca di sana, jadilah saat makan, saya bisa melihat orang yang ada di tempat cuci baju itu. Pun sebaliknya.

Hari itu, seperti biasa, saya bangun pagi menyiapkan air panas untuk anak-anak mandi dilanjut cuci piring. Namun, ada sesuatu yang aneh. Ada sesuatu yang terus bergerak di sekitar dinding bawah kaca. Di atas lantai berwarna cokelat, warnanya yang putih seperti sebutir nasi terlihat kontras. Saya mengucek mata. Apa sekiranya salah lihat karena mata juga minus. Ternyata, saat memakai kaca mata tidak hanya satu tetapi banyak belatung yang berjalan-jalan ria di bawah dinding kaca itu.

Belatung di tempat yang sudah diberi karbol
Belatung di lantai

Dua hari sebelumnya, saya memang mencium bau busuk. Namun, belum menemukan sumbernya. Jadilah saya mulai menelisik ruangan di mana bau itu kemarin terbau paling menyengat. Di sekitar area itu, ternyata belatung telah menyebar hingga kesudut terjauh dari ruangan itu. Sampai ke ruang makan pula.

Saya menarik nafas dalam. Tanpa menunggu waktu, saya pun mulai beraksi untuk segera mengevakuasi belatung itu. Selama anak-anak bermain di rumah, saya berusaha membersihkan belatung dari jangkauan mereka.

Belatung Apakah Berbahaya?

Bersumber dari alodokter.com, belatung berasal dari larva lalat. Cenderung menyukai tempat lembab dan kotor. Belatung yang tidak berkaki itu menggelikan saat berjalan. Bila tak sengaja terinjak, kulitnya terasa lebih keras dari dugaan. Sehingga kadang terdengar suara kres. Dan itu berasa banget di kaki. Geli sekaligus menjijikkan.

Belatung tidak mampu menembus kulit bila mengalami kontak langsung. Belatung berbahaya jika terkontaminasi dengan luka terbuka apalagi sampai masuk dalam tubuh. Belatung bisa memicu penyakit seperti keracunan, infeksi pencernaan, dan sebagainya.

Ini bukan kali pertama saya menghadapi belatung. Bila musim tikus melanda. Tetangga biasanya menyebar racun tikus yang menyebabkan bangkai tikus sulit terdeteksi ada di mana. Alhamdulillahnya, selain bau dan adanya belatung tidak ada keluhan yang kami alami saat ini.

5 Langkah Antipanik Menghadapi Belatung di Rumah

Bersikap Tenang

    Selama ini saya selalu geli kalau berhadapan dengan belatung. Kalau tidak meminta bantuan tetangga ya menunggu kepulangan suami. Itu pun membutuhkan waktu. Saya biasanya menunggu di luar rumah. Namun, semenjak hidup sendiri karena LDM (Long Distance Married) saya mencoba menangani semuanya sendiri.

    Pengalaman pertama masih ada rasa jijik. Setelahnya, ada rasa puas dan kesenangan saat berhasil menemukan belatung yang berkeliaran di lantai. Sejak saat itu, mata seperti otomatis mudah mendeteksi keberadaannya.

    Mempersiapkan Peralatan Perang

      Dalam hal ini, saya menyiapkan karbol lantai atau air sabun dalam wadah. Bukan air bersih ya, karena saya pernah mencobanya dan belatung itu masih bertahan di sana. Tak ketinggalan sarung tangan (kalau sekarang tak pakai) dan set sapu serokan.

      Bila dekat dengan tempat pembuangan air, saya bersihkan lantainya dulu dengan air. Bisa disertai karbol atau pewangi lantai. Dalam hal ini, air yang digunakan harus banyak. Bisa juga menggunakan air panas. Jangan lupa, bagian sudut atau celah lantai juga dibersihkan. Belatung seringkali bersembunyi di sela ubin.

      Menjaga Kebersihan Diri

      Yang pasti saat menghadapi belatung, saya bersikap lebih berhati-hati. Terutama menjaga kebersihan diri, pakaian dan lingkungan. Rajin mencuci tangan serta mandi. Serta lebih berhati-hati dalam beraktifitas dan menyimpan barang sehingga kejadian serupa tidak lagi terulang. Selain itu, saya berusaha untuk selalu rapi dan bersih dalam menjaga barang sebelum digunakan.

      Mencari Sumber Belatung Berada

      Mengetahui sumber keberadaan belatung membuat kita mudah membasmi hingga ke telurnya. Cara lain selain bermodalkan indera penciuman, saya juga memperhatikan aktivitas serangga di rumah. Bila ada kumpulan serangga yang tidak normal, area itu bisa menjadi indikasi adanya bangkai tikus. Pun dengan kehadiran lalat yang identik dengan bangkai.

      Sayangnya, seringali bangkai terdapat di atas pelapon atau genteng. Ini yang menjadi tantangan. Bangkai sulit diambil, apalagi dibuang. Biasanya, ada celah yang membuat belatung bisa jatuh sampai ke lantai.

      Saya juga memeriksa noda atau bercak di sekitar dinding/ langit-langit.Cairan yang dikeluarkan selama proses pembusukan dapat meninggalkan noda atau bercak pada permukaan seperti langit-langit, dinding, atau lantai. Peka pada perubahan warna atau tekstur ternyata memang sangat bermanfaat.

      Tempat itu sebaiknya diberi penadah yang berisi cairan klorin/ garam. Setelahnya, saya menyiram dengan cairan klorin, air panas ataukah karbol. Cairan itu ampuh mengurangi bau dan membersihkannya.

      Bila tempat yang menjadi sarang dalam keadaan keras seperti lemari, cukup disikat dan dibersihkan. Kemudian ditunggu sampai kering. Kalau ternyata di tempat empuk dan lembab seperti di tumpukan bantal ya haru ekstra membersihkannya. Kalau memang tak bisa diselamatkan lebih baik dibuang ke tempat sampah. Pun bisa dengan ditaburi garam di sekitar sumber belatung.

      Selalu Waspada

      Biasanya belatung paling banyak muncul 1-2 hari. Setelahnya tinggal satu dua. Di saat itulah kita perlu lebih melek dan selalu memeriksa. Terutama jika bangkai berada di atas pelapon seperti yang saya alami. Sumber masih ada dan sulit dievakuasi.

      Setelah saya perhatikan, memang ada celah antara pelapon dengan dinding yang menjadi jalan belatung bisa jatuh. Di tempat itu juga yang selalu menjadi perhatian. Takutnya belatung jatuh sewaktu anak-anak di sana.

      Jadilah saya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Takut kalau keluar lama, belatung dapat berjalan ke mana-mana dan lolos dari tempat yang sudah saya siapkan.

      Memang berhubungan dengan belatung itu merepotkan. Namun, saya tetap bersyukur karena mampu menanganinya.

      Demikian sekelumit curcol saya perihal belatung. Adakah yang punya pengalaman sama?

      Related Posts

      Tinggalkan Balasan

      Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *