Saya ingin berdamai dengan “innerchild” yang ada dalam diri saya sendiri.
Saya ingin diakui orang lain.
Apa yang saya lakukan hanya untuk menyenangkan orang tua.
Saya menginginkan pasangan yang dapat menyelamatkan, membenahi dan membuat nyaman di rumah.
Apakah Sobat pernah merasakannya? Atau adakah keinginan serupa yang akhirnya membuat hidup kita menjadi semakin buruk?
Bagian dalam diri seseorang yang terbentuk dari pengalaman dirinya di masa kecil. Namun, tidak semua orang menyadari innerchild-nya. Apa itu innerchild?
“Saya sudah dewasa,masa kecil itu dulu. Saya sudah lupa, lagian kenapa harus diingat? Tidak berguna.”
Benarkah demikian?
Innerchild tanpa disadari bisa membentuk kepribadian seseorang saat dewasa karena pengalaman masa kecil yang tak hilang. Pengalaman ini biasanya berupa sesuatu yang memang kurang/ tidak menyenangkan dalam hidup.
Mudahnya seperti ini, setiap orang tumbuh dan bekembang sesuai dengan bertambahnya usia. Sayangnya, pertumbuhan fisik tidak selalu beriringan dengan perkembangan psikis atau kedewasaan. Nah, ketika masih ada diri kita masa kecil dalam tubuh yang sekarang “dewasa”, kita berarti memiliki innerchild.
Pemicu Innerchild
- Perceraian orangtua
- Kekerasan/bullyingI (perundungan)
- Pelecehan seksual
- Hal-hal yang bersifat traumatis lainnya, masalah pengasuhan karena sering dibandingkan, terlalu dipaksa oleh orang tua, ataukah peristiwa tidak menyenangkan lainnya.
Dampak Innerchild Bagi Kehidupan Ketika Dewasa
- Insecure
- Menyakiti diri sendiri
- Menyalahkan diri sendiri
- Memunculkan Hal-hal yang merugikan diri sendiri lainnya, misal tidak percaya pada lelaki (bisa karena mengalamai kejadian buruk dengan sosok ayah ketika masih kecil).
- Memunculkan perilaku serupa dengan pengalaman semasa kecil. Hal in seringkali tidak disadari. Misal dalam hal pengasuhan, dulu kita seringkali dimarahi karena nilai jelek kadang dipukul juga sampai babak belur. Ketika kita memiliki anak, secara tak sadar kita marah disertai dengan main tangan. Saat kita menyadari, anak menangis dan kita menjadi orang tua buruk.
Bagaiamana pun pengalaman yang dulu kita alami tersimpan dalam memori dan dapat muncul kapan saja ketika ada pemicu. Karena itu, kita harus mencoba untuk berdamai dengan innerchild. Cara yang dilakukan adalah mengobrol dengan diri sendiri dan mencoba memaafkan/ mengikhlaskan kejadian-kejadian traumatis di masa kecil.
Tahapan Innerchild
- Ditutupi/ diblok
Ketika kita mengalami pergolakan, ada perasaan kalau diri kita sekarang tidak terhubung sama sekali dengan innerchild. Adanya kebutuhan, keinginan dan emosi tertahan di masa kecil dapat menyuburkan ego . Hal ini membuat kita sulit menerima dan melakukan reparenting innerchild.
Kita akhirnya merasa renggang dengan perubahan, jadi konyol dan tak beguna. Kalau dibiarkan saja, kita menjadi sangat kritis terhadap diri sendiri. Merasa diri tak berguna bahkan tak percaya pada kemampuan diri. Sebagi pelampiasan, sarkasme dan sinisme pun menjadi mekanisme petahanan diri.
- Fantasi innerchild
Percayakah kita, kalau pengalaman buruk di masa lalu itu rasanya ingin dikubur saja! Siapa sih yang mau mengingat trauma yang membuat hidup kita jadi tidak tenang?
Mencitrakan pengalaman masa lalu yang baik belum tentu menjadi baik. Sayangnya, ini masih banyak digunakan sampai sekarang. Misal ni, kita cenderung menjadikan orang tua sebagai pahlawan. Sisi orang tua yang “kurang baik” termaafkan karena posisi kita sebagai anak. Padahal sejatinya, kita merasakan adanya kekurangan yang nyata.
Mau bukti? Misal ayah kita terlalu sibuk bekerja dan tak pernah menjalin komunikasi kecuali yang berhubungan sekolah. Nah, ketika dewasa coba tanyakan ke diri sendiri, apakah ketika kita memilih pasangan itu karena menginginkan dia untuk dapat menolong memperbaiki dan memberikan rasa aman yang tak diberikan ayah? Ataukah karena kita memang menganggapnya sebagai partner hidup.
Bisa dikatakan, pola pengasuhan seperti ini secara tidak sadar menjadikan persetujuan orang tua mendominasi pilihan anak. Benar apa benar?
- Innerchild ekspresif
Dalam hal ini kita sadar dan mampu menjadi saksi pengaruh orang tua pada kehidupan pibadi. Ego melembut seiring meningkatnya pemahaman dan kedewasaan. Innerchild pun dihargai sebagai bagian dari masa kecil.
Ketika dewasa pun, pasangan dianggap sebagai partner. Hubungan pernikahan menjadi jalan untuk pulih dan berkembang.
Pun kalau melihat orang tua, kita menganggap mereka punya kelebihan dan kekurangan layaknya manusia seutuhnya. Dalam pengasuhan kita juga menyadari kalau yang mereka lakukan adalah akibat dari luka innerchild mereka sendiri.
Kalau sudah dalam tahap ini, kita tidak canggung dengan anak. Kita memandang tantrum serta keaktifan anak sebagai proses yang ditangani dengan welas asih. Tanpa penghakiman.
Pengaruh Pola Asuh di Masa Kecil
Dulu Orang Tuaku | Sekarang Aku |
---|---|
Suka mengkritik | Memiliki kritik diri yang keras |
Sering tidak menyetujui pilihanku | Takut akan penilaian orang |
Pasif-agresif | Kurang percaya diri |
Tidak hadir | Tidak mampu untuk memahami/ mengekspesikan emosi |
Ko-dependen | Memiliki batasan diri yang lemah |
Sering mengontrol | Memberontak |
Pesimistis | Melakukan sabotase diri |
Cara Mengatasi Innerchild
Kasus: Suami tidak mau membantu pekerjaan rumah.
Thingking
Apa yang kita pikirkan atas kejadian itu?
Saat lelah mengurus anak tidak ada yang bantu, suami minta sepenuuhnya dilayani, mulai makan, mandi ataupun yang lain.
Feeling
Perasaan yang muncul saat itu?
Marah, kesal, sedih, tertekan (tak mampu menolak)
Action
Ingin melakukan apa? Dampaknya buat diri sendiri dan orang lain?
Memanjakan suami, memberikan kata cinta dan mesra ketika suami kerja. Mencoba untuk jujur di rumah sewaktu berduaan di kamar.
Needs
Apa yang dibutuhkan dari orang lain? Kita ingin mendapatkan apa?
Ingin suami lebih perhatian dan peduli pada anak dan istri.
Empty chair
Cara ini juga bisa menjadi alternatif untuk bedamai dengan innerchild. Sama seperti artinya, kita perlu menata pikiran dan menetralisisr pengalaman buruk dengan duduk behadapan antara kita (dewasa) dengan kita (semasa kecil).
Karena itu, kita perlu mengenali, memilih dan memilah apa yang kita rasakan.
Kasus: Ayah berwajah sangar dan galak ketika berbicara. Ketika marah ia tak segan menggunakan tangan dan pecut.
- Perasaan tentang masa lalu yang tak terekspresikan. Dari kasus di atas ada perasaan tertekan. Pun kalau ada keinginan semacam mau minta uang saku ataupun meminta izin keluar jadi takut. Jadinya lebih memilih diam dan menjadi penurut.
- Perasaan ini berhubungan dengan memori dan fantasi. Orang tua merasa memiliki hak pada anak, jadianya mereka memegang kendali.
- Perasaan tak terekspresikan karena tertahan oleh keadaan dan situasi. Karena tak terekspresikan, ia bertransformasi menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan (psikosomatis).
(M) hidup dalam lingkungan mewah. Orang tuanya pebisnis. Ia juga rajin olahraga dan pandai bergaul. Dalam hubungan asmara dan karir, ia memiliki semuanya. Kekasih cantik dan penurut, usaha dalam dunia kebugaran pun tumbuh pesat. Sayangnya, ketika mengalami suatu kejadian tak terduga atau ketika bermasalah dengan orang lain, ia cepat emosi dan juga badannya menggigil layaknya orang demam.
Diperiksakan ke psikiater pun tak ada masalah. Pemeriksaan fisik juga nomal. Apa yang salah?
Ketika orang tua M diajak terapi bersama, ada satu hal yang baru diketahui dan diceritakan. Ibu M waktu hamil belum ada keinginan memiliki anak, jadilah ia mencoba berbagai cara untuk aborsi. Hal yang seing dilakukannya adalah berendam dengan air panas.
Inilah yang namanya gejala psikosomatis, dirasakan tubuh walaupun tak ada tanda gangguan secara fisik.
Prinsip
- Menghadirkan ingatan innerchild.
Tutup mata, fokus pada nafas.
Buka setiap panca indra.
Kembalikan ingatan pada umur 6-15 tahun.
- Gambarkan momen terburuk.
Ingat semua kata-kata, semua benda dan semua perasaan pada saat itu
Bacakan dan praktikkan bagaimana perundungan itu dilakukan pada diri Sobat di sebuah kursi yang kosong.
- Gambarkan innerchild yang muncul
Bisa berupa gambar, simbol, ataupun kata yang bisa mewakili innerchild kita
Letakkan disebuah kursi yang kosong
- Menjadi innerchild
Duduk di kursi dengan simbol innerchild. Pandang gambar diri kita yang sekarang. Sampaikan apa yang kita rasakan sebagai innerchild kepada diri kita sekarang
- Menjadi diri kita
Lakukan hal yang sama seperti di atas, tetapi beda posisi.