Renungan!
Silakan dibaca terlebih dahulu sebelum menghakimi!
Ini lebih ke public figure ya sobat! Kok miris ya lihatnya.
Pengalaman pertama
Kemarin saat membuka channel youtube mengenai audisi salah satu peserta nyanyi di luar negeri ada yang berbeda dari biasanya. Memang suaranya bagus tapi penampilannya yang membuatku lebih tertarik. Seorang lelaki terlihat cantik dengan penampilannya. Dari diinterviewnya ternyata ia memang salah satu dari ‘mereka’. Pahamkan ya maksudku. Di awal aku tidak begitu peduli tapi setelah membaca komentar netizen yang terhormat (ha ha) ada sesuatu yang menarik disana. Ternyata ada pasangan dan keluarga yang mengantar dan memberi dukungan di balik layar.
Begitu banyak orang yang ternyata merespon bahkan hingga memberi ‘tepuk salut’ ke pasangan dan keluarga peserta itu. Bahkan ada yang sempat mengajukan jari tengahnya. Ada pula yang membandingkan dengan pasangan korea ataupun artis kita yang sedang panas dengan pasangan normalnya (maksudku perselisihan artis yang mau atau sudah cerai). Dan tahukah dalam komentar itu yang paling banyak disebut-sebut adalah Islam. Nah lo!
Pengalaman kedua
Dari sini aku mulai menjelajah untuh mencari lebih dalam informasi lagi. Dimana ada salah seorang penyanyi jebolan audisi yang memang sudah mendukung homoseksual sejak awal, Callum Scott. Jika dilihat dari video lagu yang ada, sebagian besar menggambarkan bagaimana kehidupan mereka sebagai homoseksual. Nah dari salah satu video itu juga ada sebuah adegan yang ternyata juga mengikutsertakan adegan permasalahan pasangan normal yang bertengkar ataupun bercerai. Karena itulah fenomena homoseksual semakin berkembang pesat. Kalau menurutku itu sebagai peringatan ya kalau ternyata memang ada asap pasti ada api.
Pengalaman ke tiga
Ini semua dimulai dari beredar berita mengenai berita beberapa artis, model bahkan atlet kita terkena skandal video panas. Karena rasa penasaran akupun mencari channel yang memang mengupas hal itu dan ketemu. Yang menakjubkan bukan reviewnya tapi komentar netizennya itu lho! Mantap beud. Bahkan yang lebih sadis lagi membawa nama agama dan kata-kata islami. Tidak jarang mereka merendahkan dan menunjukkan rasa jijik. Dari foto profil yang ada banyak yang berhijab pula. Namun setelah kutelusuri channel youtube yang berkomentar dengan yang dikomentari tidak jauh berbeda.
Konten ini tidak bermaksud untuk memihak satu diantara lainnya. Ini hanya sebuah ironi yang kuharap bisa diambil hikmahnya. Kaum Homoseksual sudah ada sejak jaman dahulu bahkan dalam Al Quranpun mereka sudah tertulis di sana. Kalau mengenai hukum mengenai keberadaan mereka tidak ada keraguan sama sekali. Haram (nanti ada yang protes lagi! susah memang. ini pendapat ya ….. kita harus saling menghargai.)
Kita tidak berbicara hukum yang sudah jelas. Yang kita bicarakan adalah mengenai fenomena yang ada di dalam masyarakat mengenai hubungan rumah tangga antara mereka dan kita. Mereka ini maksudnya keluarga homoseksual dan kita adalah keluarga orang normal. Jadi mereka tidak normal? yah silahkan dicari kata lain yang dirasa lebih tepat.
Normal disini yang biasanya sesuai dengan jalan kehidupan masyarakat nah di luar itu bisa dikatakan sudah diluar batas norma dan kewajaran. Keluarga seperti mereka memang ada, kitalah yang tidak tahu atau tidak mau tahu. Fenomena seperti ini lebih terlihat dan terbuka di kota. Jika di desa mereka masih terbentur dengan norma masyarakat yang sangat kuat, sedangkan di kota? cara hidup hidonisme sudah merajai.
Kita harus waspada. Zaman tidak sesuai dengan pikiran kita yang masih memakai batas ‘normal’. Zaman berkembang tak terbatas hingga kadang kita tertatih untuk mengikutinya. Begitu juga mengenai hubungan homoseksual.
Nah apa hubungannya dengan kaum Homoseksual dalam tulisan kali ini?
Ada satu sisi dalam diri ini yang merasa malu akan hubungan yang mereka jalin, terutama dalam berumah tangga. Selama ini kita yang notabene mengatasnamakan makhluk yang baik dan normal berprasangka pada mereka yang mengambil jalan berbeda. Tapi pada kenyataannya? Permasalahan rumah tangga yang diumbar lebih banyak dipublish oleh pasangan normal. Silakan dicermati beberapa informasi berikut:
- Perceraian Song Joong Ki dan Song Hye Kyo
- Skandal Ahn Jae Hyun dan Goo Hye Sun
- Perceraian Ahmad Dhani dan Maia Estianty
- Tidak ketinggalan Nikita Mirzani
Itu hanya beberapa, silakan dikaji dan dicari berita lebih lengkapnya di mbah google sangat banyak.
Nah kalau pasangan homoseksual ada masalah apakah bisa seviral mereka dan menjadi trending topic? Kupikir tidak terbersit dalam diri mereka untuk mempublikasikan masalah mereka. Lha hubungan mereka saja sudah dianggap masalah oleh masyarakat. Jadi mengenai hubungan mereka kita tidak perlu menghakimi.
Coba deh dimaknai lagi bagaimana mereka memaknai hubungan ‘pernikahan’, (Apakah sama dengan kita ‘pasangan normal’), antara lain:
- Selektif memilih pasangan
Dalam hal ini tidak perlu diragukan lagi. Seseorang yang sudah menjadi homoseksual pasti mengetahui posisinya, terlebih yang hidup di Indonesia. dimana budaya ketimuran masih melekat erat. Pasangan disini kubedakan dengan partner ya? Partner itu lebih menjurus ke hubungan fisik saja sedangkan pasangan sudah sampai janji di depan penghulu (memang ada ya, penghulu untuk homoseksual?). Ya pokoknya sudah ada status menikah versi mereka.
Kita seharusnya juga jangan mau kalah. Namun kenyataannya, kadang demi mendapatkan cinta semu kita lupa untuk menjaga dan memperbaiki diri sendiri. Menikah tidak sama dengan pacaran. Ada kata putus nyambung dalam pacaran tapi dalam pernikahan tidak ada. Nah kalau hanya butuh partner saja silakan pacaran sepuasnya, pasti banyak yang akan mengantri asalkan punya tampang, uang dan takhta. Tapi kalau butuh belahan jiwa yang bisa menerima kita sepenuhnya sangat sulit dan perlu diseleksi. Jangan sampai pernikahan kita ternyata hanyalah pernikahan semu yang dalam kepura-puraan agar terlihat normal.
- Menjaga kode etik rumah tangga.
Komitmen, pemahaman dan intuisi dalam menghadapi masalah harus selalu dikedepankan. Dimana permasalahan mereka akan terus berkembang, permasalahan ekonomi, keturunan, dan juga budaya masyarakat. Karena itulah kupikir mereka lebih bisa menjaga rahasia. Bila tidak bisa dalam lingkup keluarga setidaknya ada komunitas yang siap membantu dan menangungi. Kalau di media? Menurutku jarang ya, ataukah aku saja yang tidak tahu!
Bukankah foto ataupun video yang mencerminkan kemesraan pasangan normal entah sah atau tidak sangat banyak? Begitu juga tatkala ada perselisihan. Pencemaran nama baik pasti akan menjadi ajang lomba untuk saling menunjukkan kelemahan dan kesalahan pasangan. Naudzubillah!
Sekali lagi, aku hanya berpikir tidakkah kita malu pada mereka? Walau tidak semua pasangan seperti yang kusebutkan, setidaknya yang selalu dibahas dan disorot tetraplah mengenai (itu).
Nah, sekarang rumah tangga normal itu seperti apa? Tidakkah kita berpikir salah satu dari penyebab mereka mengambil jalan berbeda karena rumah tangga normal yang memang tidak berjalan normal.
Bingung? Jangan bingung, pikirkan dan resapi pelan-pelan ya?
Rumah tangga dibangun laki-laki dan perempuan dalam upaya untuk saling berbagi dalam kebersamaan sepanjang hidup. Bisa juga untuk memperoleh keturunan yang sah. Entah suka ataupun duka. Keduanya berjalan beriringan dengan makna saling membutuhkan. Keluarga merupakan asset tak ternilai, teramat berharga dan menjadi bekal pendidikan dalam menghadapi permasalahan hidup.
Kalau salah satu pihak tidak merasa dipenuhi hak ataupun kewajibannya sedangkan pihak lain tidak ada upaya untuk instropeksi diri maka perpisahan dapat terjadi. Nah jika ini terjadi siapakah yang akan mendapatkan damagenya? semua. Mereka yang terlibat akan mendapatkan efek baik secara langsung ataupun tidak. Mantan suami, mantan istri dan jangan lupa anak beserta keluarga besarnya. Dan yang pasti itu adalah bad dream keluarga dalam kurun wantu yang lama.
Yakinkah kita kalau keluarga kita sebagai orang normal adalah yang terbaik? Kalau aku masih belum. Kami tidak ingin menjadi yang terbaik kami berupaya menjadi keluarga baik. Kami masih perlu belajar banyak. Nah kalian?
Diluar sana permasalahan dalam keluarga normal sangat beragam. Bukankah banyak pezina yang melahirkan bayi diluar nikah justru dari didikan keluarga yang notabene juga mengatasnamakan islam. Bukankah ada homoseksual yang juga berasal dari keluarga yang mendidik dengan ajaran islam.
Jadi? Bukan Islam yang bersalah, hanya kitalah yang punya keterbatasan ilmu dalam menerapkannya. Jadi jangan bawa-bawa agama dalam permasalahan seperti ini. Dan layakkah kita mengejek atau menghina mereka sebagai seseorang yang rendah dimana keluarga kita bisa saja bertingkah lebih rendah dibandingkan dengan mereka. Mereka punya urusan sendiri kitapun sama. Dari pada mengurusi urusan orang lain lebih baik kita memperbaiki diri untuk bisa lebih baik ke depannya.
Bila ada yang bertanya mengenai ironi yang kujelaskan kok frontal ya? Apakah tidak ada perbandingan yang lebih baik? Misal dengan perbandingan pasangan normal si A dengan B.
Sobatku semua, saling membandingkan untuk mencari manfaat sangat dianjurkan. Aku juga setuju untuk itu. Tapi disini penggambaran yang kuberikan biar lebih gamblang dan terbuka, sehingga terlihat jelas perbedaannya. Dan itupun biar kita lebih mudah tersindir, kalaupun peka.
Dalam hidup itu kita harus berprinsip sebagai pemulung, dimana ia bisa memilih buruk dari yang paling buruk. Bahkan keburukan itu bisa diubah menjadi sesuatu yang baik dan bermanfaat.
Jadi, berkacalah pada orang lain siapa kita sebenarnya. Merasa baik dengan berusaha baik itu berbeda. Ridho Islam yang hakiki itu berasal dari Allah. Kita tidak berhak menentukannya. Siapa tahu suatu saat mereka yang disadarkan dan kita yang terjerumus. Jadi saling mendoakanlah. Berhentilah menghakimi dan ingatkan dengan cara yang baik. Siapa tahu kalau kita yang berada di posisi mereka bisa lebih hina daripada mereka sekarang.
Tetap saling mengingatkan. Salam sayang dari keluarga D.