Soko Omah (Freedom House)
Rumah Solusi Free Sex Di Sudut Negara Indonesia
Mamuju in memory
Mimpi adalah kunci untuk kita menakhlukkan dunia
Raihlah mimpimu di angkasa
Warnai bintang di jiwa…
Berbicara tentang mimpi tiada habis sampai kapanpun. lagu Nidji dalam film Laskar Pelangi serasa membakar semangat jiwa dan mengingatkan kita bahwa kekuatan mimpi itu sungguh luar biasa. Semuanya berawal dari mimpi. Keberagaman anak-anak Indonesia menumbuhkan mimpi masing-masing individu untuk maju tanpa mempedulikan latar belakang yang mereka sandang. Hanya kesempatan dan bimbingan adalah pembeda untuk meraih mimpi itu. Jadi mimpi adalah milik semua dimana semua itu perlu perjuangan untuk meraihnya.
Realita kehidupan anak bangsa
Hidup tidak semanis madu dan tak sepahit biji mahoni. Semuanya dapat terjadi dalam hidup, itulah yang terjadi saat ini. Disaat pemerintah gencar-gencarnya melakukan program pembangunan justru disisi lain generasi kita menjadi lemah dan rusak. Hal ini terjadi karena adanya efek dari berbagai aspek kehidupan, antara lain: sosial, kepentingan politik dan lainnya. Keselarasan dalam memaknai aspek tersebut dan pengaplikasiannya dalam realita belum didapatkan antara masyarakat dengan pemerintah.
Salah satu aspek mendasar yang tidak dapat dipungkiri adalah mengenai perubahan peradaban. Tantangan akan kecanggihan jaman tidak dapat ditolak. Media menjadi salah satu pemegang peranan penting yang harus diperhitungkan. Media telah banyak berkembang dari era kuno ke era modern. Kesalahan dalam penggunaan kecanggihan media informasi memiliki efek besar dalam kehidupan. Misal, dengan adanya kemudahan pencarian lewat situs internet, memudahkan semua orang mengakses informasi. Namun jika pencarian itu disalahgunakan misal dengan mencari segala sesuatu yang berbau porno maka racun otak dapat menyebar.
Disaat sekelompok anak dibanggakan karena mengharumkan bangsa dengan ikut olimpiade atau kejuaraan lain disisi lain ada anak yang justru menghancurkan masa depannya demi kesenangan sesaat. Berapakah perbandingan antara mereka yang berprestasi dengan mereka yang hanya bisa menerima nasib sebagai anak muda biasa?. Bahkan ada sekelompok anak muda yang memperlakukan tubuhnya bukan sebagai manusia. Misal dengan mengikuti ajaran free sex, narkoba dan melakukan tindak kriminal.
Sejak awal sebenarnya hal seperti itu telah diperhitungkan, untuk itulah mind map tentang mimpi dibangun. Mimpi yang ditanamkan ternyata di salah artikan menjadi angan oleh generasi kita. Sehingga saat mereka telah tumbuh angan itu membuat mereka terjebak pada kenikmatan semu. Masa muda yang mereka habiskan telah menguras tenaga dan pikiran dalam dunia angan-angan. Sehingga saat mereka terjun dalam realita, mereka terhempas jauh.
Tidak dapat dipungkiri semuanya tidak dapat jauh dari TV, pergaulan dan gaya hidup. Efek dari semua ini berdampak pada semua lini kehidupan masyarakat di kota ataupun desa. Semuanya telah berubah, jaman emansipasi ataupun demokrasi membuat semuanya tumpah menjadi satu. Kebebasan berekspresi, kebebasan mengeluarkan pendapat bahkan kebebasan untuk bertindak berlaku setiap hari. Tidak ada pengawasan yang bermakna sehingga semuanya berjalan tanpa adanya aturan.
Gaya hidup yang berdasar kata modern membuat semuanya berubah. Salah satu yang perlu diperhatikan adalah mengenai seksualitas. Permasalahan seksualitas tidak bisa dipandang sebelah mata, pemahaman seksulitas dalam kehidupan masyarakat telah dipersempit. Seperti saat ini, kebebasan dalam seksulitas telah disalah artikan dengan menerapkan free sex sebagai gaya hidup.
Memahami seksulitas dalam dunia remaja adalah suatu keharusan. Seksualitas bukan berarti kita mengajarkan cara melakukan seks namun ini lebih kepada pemahaman akan peran mereka berdasarkan kodratnya sebagai laki-laki dan perempuan. Pemahaman akan peran membuat mereka mampu berpikir untuk membuat barier dalam pergaulan mereka.
Pengenalan seksualitas yang salah membuat pola pikir anak bangsa kitapun berbeda. Terlebih saat semua yang telah mereka lakukan di cerminkan dalam kehidupan rohani. Larangan menjadi perintah dan perintah adalah larangan. Tidak ada istilah untuk menghindari yang ada adalah cara untuk menghadapi.
Orang Indonesia memang dominan beragama, namun dalam prakteknya mereka membedakan antara kehidupan agama dan sosial. Padahal agamalah yang seharusnya menuntun mereka dalam kehidupan sosial. Tanpa adanya pertahanan kuat dari luar dan dalam kita akan terbawa oleh arus jaman. Salah satu buktinya seperti sekarang ini.
Generasi kita saat ini terutama remaja sangatlah beresiko. Mereka menjadi sasaran bagi predator-predator yang hanya peduli akan uang, uang dan uang. Fashion dan gaya hidup mejadi pintu masuk ke dunia remaja. Selain itu Narkoba dan minuman keras sekarang juga telah menjadi gaya hidup. Atas dasar eksis dan ingin bergaul membuat mereka lupa akan siapa diri mereka sebenarnya.
Remaja kita berlomba untuk mengenakan pakaian yang dikatakan modern. Padahal pakaian itu belum tentu mampu menutupi seluruh tubuh mereka. Selain itu, remaja saat ini kebanyakan menganut paham berpacaran tanpa memperhatikan koridor bahaya. Pacaran adalah muthlak, tak pernah berpacaran selama remaja dianggap ndesit ataupun culun. Bahkan ada yang lebih parah lagi, jika muda belum merasakan hubungan seksual maka dianggap sebagai kampungan. Entah siapa yang memulai namun inilah trend yang tercipta. Sehingga free sex saat ini telah terjadi di semua kalangan.
Akibat permasalan ini sangatlah memilukan. Kasus bayi dibuang ataupun remaja yang tewas karena adanya aborsi terjadi setiap hari. Bahkan adanya pesta seks antar remaja sudah bukan rahasia lagi. Setiap hari tayangan TV juga telah memberitakannya namun remaja kita seakan menutup mata dan terlena candu dunia anak muda. Efek yang terjadi di nomorduakan sedangkan nafsu dinomorsatukan.
Selama ini permasalahan seperti ini jarang dibahas terutama di daerah. Semua ini karena sebagian masyarakat Indonesia lebih dominan orang timur sehingga terkadang membahasa hal seperti ini dianggap tabu. Padahal itulah yang diperlukan, untuk itu perubahan perlu dilakukan.
Masa Depan Mereka Tanggung Jawab Siapa?
Kita tidak dapat menghentikan dan menjauhkan mereka dari semua yang terjadi. Sebagai masyarakat yang peduli akan nasib mereka, mempersiapkan diri dan mental mereka untuk menghadapi itu semua adalah tanggung jawab kita bersama.Memang pemerintah telah mengupayakan untuk mengatasi hal ini melalui dinas sosial, polisi bahkan perlindungan HAM. Namun, berkaca akan padatnya penduduk Indonesia semua ini tidak akan berjalan ketika peran dan kepedulian dari masyarakat tidak ada.
Segala sesuatu yang berhubungan dengan seksualitas mudah didapatkan dalam kehidupan, TV, buku, lingkungan sekolah, internet dan berbagai sumber lainnya. Kemudahan akses harus diimbangi dengan persiapan dalam meghadapinya. Tidak ada istilah saling menyalahkan atau saling lempar tanggung jawab. Walau mereka bukan saudara, adik ataupun kenalan kita mereka tetaplah calon penerus bangsa. Saat suatu bangsa dipegang oleh orang yang salah maka kehidupan dalam negara itu juga akan hancur. Untuk itulah, semua ini perlu diatasi bersama.
Berbagai upaya pencegahan perlu dilakukan saat semua masih belum terlanjur melakukan. Namun, saat semuanya telah terjadi sikap untuk menghadapinya harus di bekalkan. Pemahaman akan seksulitas perlu didampingi oleh orang dewasa yang bijak. Penyampaian yang salah dapat menyebabkan kesalahpahaman interpretasi dari penyaluran informasi itu.
Candu seks sangatlah berbahaya karena telah mampu mengubah pola pikir mereka. Sebagai orang dewasa, kita perlu membantu pengawasan kehidupan remaja di sekitar kita. Salah satu hal yang dapat penulis lakukan adalah dengan mengupayakan adanya Soko Omah. Rumah ini diharapkan mampu menjadi rumah kedua bagi mereka yang membutuhkan. Serta kehadirannya diharapkan mampu menyambung mimpi babgi mereka yang kurang beruntung. Bukankah setiap orang membutuhkan kesempatan kedua untuk memperbaiki diri?.
Soko Omah
Dalam melakukan solusi menanggulangi dampak free sexdiperlukan wadah untuk lebih mengoptimalkan kinerja. Semua ini demi terwujudnya visi dan misi dalam penerapan seksualitas yang benar dalam kehidupan remaja. Untuk itulah Soko Omah dibentuk, disini aktivis yang memiliki visi misi sama berkumpul untuk melakukan sharing dan menyusun kegiatan terutama di daerah yang belum terjangkau program pemerintah. Sasaran bagi program ini adalah mereka di masayarakat terutama kaum perempuan.
Dalam menjalankan aktivitasnya, tujuan program difokuskan pada dua hal yaitu pencegahan dan tindak lanjut. Program pencegahan lebih banyak dilakukan di sekolah dengan melakukan motivasi training ataupun pelatihan di SMP dan SMA. Kegiatan ini perlu di gencarkan melalui kerjasama guru dan murid dan dilakukan secara kontinyu. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah dengan mengenalkan pemahaman sex education yang benar pada remaja. Permbentukan grup diskusi ataupun konseling juga dibutuhkan demi memperdalam efek dari kegiatan ini. Selain itu, pembentukan kader dari guru ataupun aktivis sebagai fasilitator dalam kegiatan juga dilakukan. Bahkan kalau bisa kegiatan semacam ini dilakukan rutin setiap minggunya.
Selain pencegahan tindakan tindak lanjut perlu dilakukan bagi mereka yang telah terlanjur melakukannya. Baik secara personal ataupun umum kegiatan tindak lanjut tetap dilakukan. Mereka yang telah melakukan sex diluar nikah, hamil bahkan yang pernah mengalami kasus pelecehan seksual perlu sebuah perlindungan. Saat seperti itu mereka butuh sandaran untuk menumpahkan semuanya dan mulai membangun kepingan sisa kehidupan mereka. Advicedan bimbingan yang tepat diharapkan dapat memberikan solusi, bukan hanya bagi korban namun untuk keluarga dan masyarakat sekitar.
Membuat sebuah “rumah” yang mampu menerima mereka tidaklah mudah. Saat jarang yang memahami permasalahan dan ketakutan mereka, rumah ini harus mampu membuat mereka nyaman. Memberikan sosialisasi dan pemahaman akan betapa pentingnya peran mereka perlu terus dilakukan. Terutama di daerah yang jauh dari akses pengetahuan. Untuk itulah,pendirian rumah ini harus kokoh terutama untuk tuan rumahnya. Gabungan dari segala pofesi harus dilakukan demi kelancaran program. Psikolog, perawat, guru, polisi dan berbagai profesi lainnya dapat diharapkan bergabung dan berperan dalam program ini.
Tujuan berdirinya rumah ini bukan membentuk mereka menjadi “penerima”, kita akan membuat mereka menjadi pemberi. Salah satu wujud kegiatan ini adalah bekerjasamadengan aparat desa setempat dan ibi-ibu PKK. Sebagai langkah awal, kita akan menggerakkan masyarakat untuk aktif dan berkonstribusi sekaligus membuat “Rumah Bunda” tetap eksis. Kegiatan semacam ini diharapkan dapat mengikatkan tali silaturahmi sehingga dapat membuat mereka merasa diterima ditengah lingkungan masyarakat.
Dalam menghadapi remaja yang sudah menjalani tahap lanjutan, berbagai tahapan dalam kurun waktu tertentu mereka harus punya tujuan. Sebagai tahap awal, setelah melakukan pendekatan, mereka akan dibekali dan dibimbing untuk melakukan pengabdian sosial. Hal ini dilakukan untuk melatih dan mengembalikan peran mereka dalam masyarakat. Semua ini berkaca dari beberapa kejadian, bahwa hukuman sosial sebenarnya sangatlah kejam. Hal ini terbukti dengan adanya isolasi sosial bagi mereka yang sudah dicap sebagai “wanita murahan” terkadang mampu menghancurkan kehidupan sebuah keluarga dan merupakan awal dari tumbuhnya bibit kejahatan.
Kepercayaan yang timbul merupakan modal awal untuk melaju ke tahap selanjutnya. Tahapan yang cukup sulit adalah memulai mengenali dan mengembangkan potensi yang mereka miliki. Diperlukan keahlian khusus dan training personal. Selain itu, penerimaan akan kondisi mereka perlu diulang-ulang agar proses yang terjadi tidak perlu diulang. Kalaupun itu terjadi maka program perlu diulang sampai mereka siap untuk kembali kemasyarakat lagi.
Selain ketrampilan mereka juga diperkenalkan dengan dunia menulis, dimana mereka yang memiliki kepribadian tertutup dapat mengungkapkan pikiran dan idenya melalui tulisan. Dalam hal ini terapi berbicara melalui tulisan mulai diterapkan. Program seperti ini diharapkan tidak hanya diberlakukan bagi orang tua anak namun juga untuk anak hasil dari hubungan diluar nikah diharapkan dapat dirangkul melalui program ini. Untuk itu, jarngan ataupun link untuk memperluas jangkauan sangat diperlukan.
Berbicara mengenai Kelancaran suatu program semuanya tidak akan lepas pada ketersediaan dana. Tidak ada keterikatan dana yang terjadi dalam Rumah Bunda. Sebagai sumber dana dari kegiatan ini, Soko Omahtidak memfokuskan pada donatur. Pencarian dana dilakukan dengan mengoptimalkan peran masing-masing anggota dan menjalin kerjasama dengan aktivis yang berbegarak dalam Sosial Interpreneur. Salah satunya dengan melakukan seminar, membuat kerajinan flanel atau marchendise tentang lindungi anak dari free sex dan berbagai upaya lainnya. Sehingga kegiatan sosial dalam menanggulangi permasalahan sex di dunia remaja dapat berjalan dan pengumpulan dana tetap dilakukan.
Kecil namun bermakna, itulah yang perlu dilakukan jika ingin mengubah suatu masyarakat. Bergerak tanpa batas di daerah sendiri mampu meningkatkan kebermanfaatan diri. Semua orang ingin berubah tinggal diberi kesempatan atau tidak. Hidup adalah pilihan dan setiap pilihan ada konsekuensi yang harus diterima. Untuk itulah rumah seperti Soko Omah perlu disosialisasikan dan diterapkan di daerah yang ada di Indonesia.
Salam sayang keluarga D.