

Trigger Hakim
Hakim kelas satu SD, saat ini memasuki semester dua dan berusia 7 tahun 11 bulan. Hakim bersekolah di PKBM, SD Syakila tepatnya. Dalam satu kelas ada 4 siswa dengan satu fasilitator. Ada beberapa hal yang membuat saya melambaikan bendera putih.
- Dalam hal membaca, tidak ada perkembangan yang berarti
- Keinginan sekolah masih bisa dibilang mendekati minus (minim sekali)
- Mood swing semakin menjadi
- Tantrum di setiap waktu/ tak tentu
Tingkah di luar nalar Hakim juga bisa dibaca di sini.
Hakim Saat Ini
Pipis sembarangan. Hakim lebih memilih pipis di celana ketika di sekolah. Pun kalau di rumah lebih baik mengompol. Kalaupun pipis, tak mau ke kamar mandi. Seringnya di sudut kamar ataukah di botol/ gelas.
Kenapa? karena tidak mau ke kamar mandi. Takut gelap. Memang kalau di rumah jalan menuju kamar mandi perlu melewati dapur yang biasa saya matikan lampunya. Alasan lain karena menurut Hakim kamar mandinya menjijikkan/ kotor/ jorok.
Tidur di kelas. Ini dialami sampai sekarang. Sejak TK dan berlanjut hingga SD. Di malam hari, jam tidur Hakim lebih dari pukul 22.00 dan bangun sekitar 06.30. Bangun seringkali dalam keadaan bad mood, seperti malas sekolah.
Mengajak sekolah layaknya mau mengajak perang. Perlu adu argumen. Dalam perjalanan pun mengantuk. Di awal pembelajaran/ ketika berdoa masih sama. Bedanya, dalam durasi. Sebelumnya lebih lama tidur di eklas, kalau sekarang itu lebih pendek.
Beda cerita bila kegiatan di kelas ada outing class ataukah renang. Tanpa diminta pun, ia akan sigap bangun. Bekal sudah dipersiapkan. Pun dengan uang saku. Celoteh tentang rencana kegiatan bersama teman-teman terucap layaknya mantra. Mengiringi perjalanan dari rumah hingga ke sekolah.
Dalam hal emosi. Tantrum saat keinginan tidak dipenuhi. Hal ini seringkali terjadi. Baik di rumah ataukah di sekolah. Hakim sendiri sudah bisa mengidentifikasi apa yang dilakukan. Awal marah biasanya teriak dan adu argument. Kalau tensi meningkat, teriakan lebih menggema dan mengguncang. Pukulan, tendangan hingga merusak barang juga dilakukan jika semua yan terjadi tidak sesuai keinginan.
Saat berhadapan dengan huruf, Hakim sudah emosi terlebih dahulu. Apalagi saat mengerjakan soal, terutama ujian semester. Selama ini Hakim jarang belajar dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan tulisan. Ujian semester menjadi tantangan yang sulit ditakhlukkan. Namun, karena ujian. Mau tidak mau harus menulis.
Soal dalam ujian semester bertingkat. Tahap pertama soal pilihan ganda. Tahap kedua isian singkat dan tahap ketiga esai. Hakim sejak awal menulis nama sudah kesulitan. Mengerjakan soal tahap pertama sekitar 20-30 menit. Rengekan dan drama mint aini dan itu dimulai. Jeda yang diminta pun lama. Drama semakin memanas saat memasuki tahap isian singkat. Seringkali, emosi saya juga meluap di tahap ini. Hakim tidak dapat menyelesaikan hingga esai.
Track record Pengobatan Hakim
Terakhir ke DSA sebelum masuk SD. Pun dengan pemberian terapi obat. Hakim mengkonsumsi obat dari diagnosis ADHD selama kurang lebih setahun. Diawali dengan dosis 2×1 tablet perhari. Dosis turun 1x perhari kemudian ½.
Selain ke DSA Hakim juga rutin terapi. SI (Sensori Integrasi), terapi perilaku dan okupasi berjalan selama dua tahun. Nyatanya, dalam hal menulis dan membaca Hakim masih kesulitan. Berbeda dengan angka. Hakim masih mau dan mudah menelaahnya. Saat ini ia sudah bisa penjumlahan.
Diagnosis Hakim
Dalam assasment sebelumnya, hakim didiganosis SPD dan ADHD. Bagi yang belum tahu, SPD itu Sensory Processing Disorder. Di mana otak kesulitan memperoses sinyal sensorik tertentu. Hakim menjadi hepersensitif kadang hiposensitif. Seperti pipis tadi. Ia tidak bisa pipis di kamar mandi sempit dan kurang penerangan. Kamar mandi kotor menurutnya itu menggangu dan menakutkan. Bayangannya ada sesuatu yang muncul dari sela dinding kamar mandi. Belum ada pengobatan yang dapat digunakan untuk mengatasi SPD.
ADHD itu Attention Deficit Hyperactivity Disorder, gangguan mental yang menyebabkan Hakim sulit fokus, hiperaktif, dan impulsif. ADHD merupakan gangguan neurobiologis yang memengaruhi fungsi otak. Akibatnya Hakim sering melakukan tindakan tanpa memikirkan akibatnya. Tingkat aktivitas pun lebih tinggi dibandingkan teman sebaya.
Sayangnya, motivasi Hakim dalam bergerak atau olah fisik itu minim. Kegiatan yang seringkali dilakukan secara spontan itu berupa gerakan tangan atau mulut. Menggigit kabel, sendok, lego atau segala sesuatu di hadapannya. Pun untuk tangan kadang menyobek tisu menjadi bagian kecil-kecil, kertas atau alat tulis dimainkan.
Nah, setelah semua ini masih ada diagnosis lanjutan. Ada Disleksia yang menyertai. Setelah diobservasi di TK dan kelas satu ini, Hakim mengalami gangguan belajar yang menyebabkan kesulitan dalam membaca dan menulis. Disleksia merupakan kelainan saraf otak yang memproses bahasa.
Secara spesifik, gejala yang diperlihatkan Hakim, di antaranya:
- Kesulitan membedakan kata-kata yang memiliki persamaan bunyi
- Kesulitan membedakan bunyi huruf
- Kesulitan mengenali dan membaca kata-kata baru
- Kesulitan melakukan sekuensing, seperti alfabet atau nama bulan
- Kesulitan dalam mengorganisasikan kegiatan dan belajar
- Sering mengulang-ulang, menambah-nambah, melakukan transposisi, dan melakukan kesalahan saat sedang membaca dan menulis
- Memiliki tulisan yang buruk/ tidak terbaca
Dalam hal ini, kami sebenarnya sudah mengantisipasi sejak awal. Namun, realitanya menerima kondisi Hakim dengan kesulitan yang ada itu butuh waktu dan effort lebih. Rasanya sesak. Harus memulai semuanya dari awal lagi. Pemeriksaan ke psikiater, pengobatan dan mencari pembelajaran yang sesuai untuk Hakim.