Coretan masa lalu

Sebagai seorang anak yang sejak kecil tumbuh subur, membuat badanku menjadi “tambun”. Ya…aku tidak senang disebut gendut, tambun menurutku lebih cocok dan kedengaran lebih imut. Menjadi orang special, aku selalu menyebut diriku special karena dengan begitu aku akan lebih menghargai akan keberadanku. Menjadi sepertiku tidaklah mudah, disaat fisik menjadi tolak ukur pastilah akutersisih. Kalau hal ini sudah terjadi sakitnya itu lo….disini (menunjuk di perut…..ha ha).
Seperti sebuah roda, kehidupan itu pastilah berputar. Ada saat kita berada di langit ketujuh (sok puitis) kadang ada saatnya kita berada di neraka (seperti tahu neraka saja….). karena itu ada nasehat, yang sedang-sedang saja….jika senang ya senang jika sedih atau susah ya jangan berlebihan.
 
Sejak kecil hingga kuliah aku seperti berada di zona nyaman. Berada di keluarga yang menyayangiku, punya sahabat ketika kuliah dan semuanya berjalan dengan indah. Uang, gizi bukanlah masalah hingga tanpa kusadari efeknya ketika aku selesai kuliah. Badan semakin melebar, usaha untuk mengembalikan gagal. Sebelum masuk kuliah badanku proporsional, tidak besar ataupun kecil. Namun karena terlalu sibuk dengan pekerjaan dan selalu ngemil akhirnya membuatku jadi seperti ini. Pernah mencoba berbagai jenis diet namun masih gagal. Huh….ternyata….

Sampai detik ini masih banyak orang meremehkan keberadaanku. Menurut mereka bercanda dengan mengatakan gendut itu biasa, padahal menurutku itu sangatlah menjengkelkan. Terlebih saat kita marah justru mereka yang mengolok menjadi senang. Disinilah ujian baru dimulai. Pernah suatu ketika, karena kondisiku ini seseorang membatalkan pernikahannya. Menurutny aku kurang serasi dengannya. Ya Allah….walaupun sakit aku harus terus menghadapinya.


Perlahan kubuka mata akan dunia luar, aku masih punya Allah. Bukankah ada pepatah yang mengatakan biarlah anjing menggonggong khafillah berlalu. Setidaknya prinsip inilah yang membantu menguatkanku. Mengesampingkan orang-orang sekitar tidaklah mudah namun harus tetap dicoba. Kulakukan kegiatan yang memang menjadi hobi, minder tetap ada but life must go on. Karena kesukaanku pada petualangan aku mengiikuti salah satu program pengiriman guru ke daerah pedalaman. Dan Alhamdulillah ketrima…. Dan disinilah sekarang aku berada.

 Berada di tempat nan jauh  dikedalaman hutan membuatku berusaha untuk mandiri. Karena jika aku mengandalkan orang lain maka aku takut akulah yang tersakiti. Pernah suatu ketika aku akan masuk ke daerah dimana aku tinggal, saat itu sudah sore, aku takut kemalaman. Biasanya aku naik “kijang” tetapi ternyata sudah tidak ada yang kosong. Dengan berat hati aku memutuskan untuk naik motor, dimana kebetulan ada seseorang yang lewat dan kebetulan aku mengenalnya. Saat perjalanan mulai masuk ternyata pegas motor berbunyii (berderit….) dan motor itu kandas ketika melewati bebatuan…. Dengan bercanda bapak itu bilang. “wah tidak biasanya seperti ini….motorku langsung kandas mungkin karena muatannya ya….”. hati ini sudah terasa sakit namun apa daya….hanya istighfar yang kuperbanyak.
“Aku membonceng yang ini saja untuk mbak biar dengan temanku…”. Penolakan seperti ini kini menjadi teman yang menyakitkan. Kejadian seperti itu terus berulang  dan berulang bahkan anak kecilpun juga mengatakan hal yang sama. Ketika aku ingin bercerita dengan sahabat….justru ia juga sering bercanda dengan kondisi fisik. Niatku untuk berbagi cerita dan melepas penat kini urung, semuanya kusimpan sendiri..ya sendiri. 

Saat kupikir ujian telah terlewati, disini ujian sebenarnya baru terlihat. Rasa iri kadang hinggap dihati, saat aku berkaca kepada teman-temanku yang mempunyai badan langsing ataupun ideal aku terpuruk. Semakin aku berkaca semakin aku meratapi diri….pertanyaan mengapa…mengapa….dan mengapa…memenuhi setiap syaraf di otakku. Aku merasa semakin merana dan sendiri….
Setiap waktu aku berusaha menutup telinga ini untuk membangun kepercayaan diri, tapi ketika aku lemah dan tidak ada yang menguatkan benteng pertahanan yang kubangun ternyata benteng ini roboh juga. Kadang aku merasa sampai frustasi…. Di tempat asing dimana aku tidak mempunyai seorangpun justru ujian hidup datang menyapa.
Aku semakin selektif memilih sahabat, menurutku teman perempuan sangatlah menyebalkan. Hingga aku akhirnya lebih memilih menjalin pertemanan dengan laki-laki. Namun ternata hasilnya…. SAMA. Teman laki-lakiku baik dan mau berhubungan denganku karena mereka mau menggunakanku sebagai batu loncatan untuk mendekati temanku yang lain. Akhirnya fisik lagi yang berbicara…. Inilah saat aku merasa krisis kepercayaan diri. Air mata yang keluar setidaknya dapat membasahi hati yang gersang…
Melalui peratara ibu kepada Allahlah aku kembali…….. hanya ialah didunia ini yang mau menyayagiku dengan sepenuh hati. Terkadang ialah yang lebih mengenal diri ini dari pada pemiliknya sendiri. Tanpa kenal lelah, ia selalu berusaha membesarkan hatiku, membangun diri ini yang mulai keropos. Disaat hati ini goyah karena emosi, ia hadir menyirami hati dengan kata-kata lembutnya yang menenangkan. Keluh kesahku didengar………
Waktu kian lama kian cepat berlalu. Semua teka-teki kehidupanku belum terjawab. Aku selalu bertanya, apasih yang salah denganku? Apakah hanya karena fisik mereka berhak memperlakukanku seperti ini? Bercanda atau tidak menurutku itu benar-benar menyakitkan. Menurut mereka lucu, tapi aku tidak….
Sesuai dengan nasehat ibu aku terus membaca membaca dan membaca. Al Quran yang dulu sering kulupa kini menjadi sahabatku. Koleksi buku bacaan kian bertumpuk…eits tidak hanya ditumpuk lo tapi dibaca dulu baru ditumpuk… buku motivasi, tazkiyatun nafs, buku pendidikan dan berbagai buku lain Alhamdulillah sudah kulahap. Terkadang memey ataupun motivasi dari fb, WA ataupun yang lain yang dikirim teman atau grup menjadi koleksiku.
Disaat aku mulai tenang dan mencoba Iklhas menerima kondisiku, aku memberanikan diri untuk mencoba, mencoba dan mencoba …membuktikan bahwa aku mampu. aku bisa naik gunung sendiri, aku bisa pergi dan melakukan yang mereka tak mampu lakukan. Ya sekarang aku terbiasa sendiri…membangun keeping-keping episode kehidupan. Menulis atau berbicara di depan umum kini sudah menjadi kesenanganku. Aku ingin berbagi…..terserah apa kata orang yang pasti inilah AKU, tambun menjadi cirri khasku dan prestasi adalah tujuanku….
Inilah hidup…disaat hambaNya belum lulus maka Allah akan selalu mendatangkan ujian itu sebagai bukti rasa sayangNya. Saat ini aku tidak tahu sudah lulus atau belum namun yang pasti aku selalu berbenah diri untuk menyambut nilai kehidupan dari Sang Penguji…
Salam Sayang keluarga D.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *