Ibu Cekatan Anti Menunda Pekerjaan

Tinggalkan Kebiasaan Menunda Pekerjaan

Sebelum menjadi ibu, menunda pekerjaan seperti sikap yang dimaklumi begitu saja. Khususnya untuk diriku sendiri. Rasanya deposit waktu masih terasa banyak dan melimpah. Ah, nanti saja. Ah, masih banyak waktu. Ah, ini mudah. Lebih baik gegoleran sembari membaca komik. Ataukah hanya sekadar scroll ponsel. Pagi dan siang pun jadinya berlalu begitu saja. Kalau malam? Tak jauh beda. Mata yang biasanya mengantuk di jam 8/ 9 malam ketika belajar, langsung terbuka saat mau tidur. Terlebih kalau di waktu bersamaan menemukan komik yang menarik hati. Sikaaat!

Kebiasaan ini ternyata berulang hingga saya menikah. Saya mengatur kehidupan di rumah berdasarkan apa yang saya bisa dan mau. Belum lagi kalau teralihkan ponsel, ngerumpi di rumah tetangga ataukah sibuk di depan komputer sembari menikmati youtube. Pekerjaan sekiranya langsung dikebut saat suami mau pulang sore hari. Saat itu, kontrakan kami tergolong kecil. Jadinya walau kadang keteteran, masih tetap bisa dilakukan dengan jurus andalam, kepepet.

Semua menjadi rancu dan kacau saat si sulung lahir. Suasana hatinya yang tak menentu, jam tidur ataupun aktivitasnya, membuat me time/ screen time saya berkurang. Namun, larinya justru ke makanan. Bisa dibayangkan efeknya? Dalam waktu lima tahu BB saya melonjak dari angka 74 ke 93. Semakin malaslah untuk bergerak. Seharian lebih banyak waktu di atas kasur, entah lihat ponsel/ komputer, gegoleran ataukah memang tidur.

Saat anak kedua lahir, saya mulai upgrade kebiasaan. Pelan tapi pasti. Saya menakar waktu yang optimal untuk tidur. Yah, walaupun tidak mudah dan membutuhkan waktu yang lama. Saya berusaha untuk bisa menjalani step by stepnya secara enjoy. Dalam setahun setidaknya saya sudah mulai membangun habbit makan sehat dan olahraga.

Proses Menjadi Lebih Aktif

Seiring berjalannya waktu, saya belajar memilah waktu. Saya juga ingin sehat raga dan jiwa. Setiap hari harus memberi asupan sehat untuk badan. Mulai dari makan dan kegiatan olahraga, diatur sedemikian rupa. Sehari makan 5x melalui jendela makan (Sarapan: 06.00-08.00, snack pagi: 09.00-11.00, makan siang: 12.00-14.00, snack sore: 15.00-17.00. makan malan: 18.00-20.00. Pun untuk minum minimal 3L/ hari. Nah, kalau untuk olahraga setidaknya 30 menit per hari.

Dari badan yang bugar dan aktif, pikiran menjadi lebih tenang. Badan pun tidak gampang sakit. Selanjutnya saya berbenah kebiasaan. Dan sekiranya menentukan waktu yang tepat untuk melakukan sesuatu agar lebih optimal.

  • Anak-anak harus sudah mandi jam 6 (jika pagi), kalau sore jam 4.
  • Mencuci baju dua hari sekali, waktu di malan hari.
  • Mencuci piring 1x dimalam hari sebelum tidur.
  • Membersihkan dan membakar sampah 2-3 hari sekali.
  • Membersihkan rumah sekali sehari (kalau tidak kotor), kalau kotor sekiranya dipel 1x seminggu.
  • Selebihnya untuk menulis di sela waktu itu ketika anak-anak tidur.

Nah, karena dalam batas puasa kali ini hanya 4 hari Minggu hingga Rabu (13-16 Oktober), saya lebih fokus pada pekerjaan yang berhubungan dengan menulis.

Menulis ini dalam artian tidak hanya untuk mengisi blog, tetapi juga curhatan ataukah mengerjakan NHW di buncek. Setiap hari setidaknya harus ada tulisan yang jadi dan enak dibaca. Mau pagi, siang , sore atau malam harus dilakukan. Nyatanya? Saya tidak berani menetapkan waktu. Sebelumnya, waktu utama yang dialokasikan malam hari. Sayangnya, kadang waktu itu tidak tepat. Apalagi saat anak-anak sakit disaat bersamaan. Malam hari justru tidak bisa tidur dan cenderung pusing di kala duduk di depan komputer.

Dari empat hari yang ada, dua hari pertama lebih banyak dihabiskan untuk menenangkan anak-anak. Karena mereka perlu dilayani secara bersamaan hingga paginya. Badan mereka yang panas membuat tidur pun jadi terasa tak nyenyak. Nah, untuk dua hari terakhir saya bisa menulis dan menceritakan apa yang terjadi dalam tulisan. Alhamdulillah.

Hari pertama
Hari kedua
Hari ketiga
Hari keempat

Hal yang Mendukung Menjadi Lebih Produktif

Suami minggu ini kebetulan tidak pulang, beruntung ada adik ipar yang selalu menemani dan meminjamkan tenaganya dalam menjaga anak-anak. Jadilah saya lebih bisa menikmati waktu untuk sekadar istirahat.

Minggu ini pun menjadi awal pembukaan materi kelas blogging, hal ini membantu saya untuk memilah dan memilih tulisan serta membenahi keadaan blog yang tidak terawat.

Hal lain yang tak kalah penting tentu saja menjaga komunikasi dengan si sulung. Sounding kegiatan yang akan dilakukan dari mulai minggu kemarin. Yah, walau realita masih jauh dari harapan, setidaknya ia tidak kaget dengan kesibukan baru dan perubahan yang ada. Yang lebih penting, dia memberi saya ruang untuk sendiri.

Kalau untuk anak kedua? Yang pasti saya sudah memenuhi kebutuhan dan menidurkannya. Kalau ia dalam kondisi sehat, insyaAllah lebih mudah diatur. Anak kedua saya memang baru berusia 1 tahun, tetapi saya selalu ajak bicara tentang apa yang terjadi. Walau komunikasi terasa hanya satu arah, saya ingin kami terlibat situasi yang aman dan terkendali.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *