IRT itu membosankan. IRT itu tidak berpenghasilam. IRT juga hanya menjadi bagian rutinitas. Tidak bekerja, hanya menghabiskan uang suami. Perempuan yang ,menjadi IRT itu rerata pemalas.
Apalagi ya? Entahlah, Masih banyak pemikiran negatif tentang IRT ini. Siapa tahu diriku juga termasuk. Ho ho.
Selama 2 hari, aku mencatat berbagai kegiatan harianku yang terlihat biasa saja. Itu pun karena mengikuti Bunda Cekatan (BunCek). Kalian tahu BunCek? Rangkaian jenjang pendidikan di Ibu profesional setelah menjalani Foundation/ Matrikulasi dan Bunda Sayang (BunSay), Perjalanan yang akan dihadapi sekitar 7 bulan.
Yah, walau entah apa pun niatannya, aku memang ingin menjadi pribadi yang lebih baik. Tidak hanya untuk diriku tetapi juga untuk keluarga kecilku.
Siapa aku?
Seorang IRT yang berjuang bersama bocil (Hakim, 7 tahun) dan bayi (Hanna, 10 bulan). Suami ke mana? Kami pejuang LDM (Long Distance Marriage), ketemu dua minggu sekali. Kadang lebih. Kebetulan, minggu ini suami jadwalnya pulang karena liburan Idul Adha. Jadilah, tanpa mau melewatkan momen, aku pun mencatat apa sih yang kulakukan, tanpa atau dengan suami?
Diawali dengan mengambil langkah sebagai ketua regu, aku mencoba selangkah lebih maju daripada teman yang lain.
Regu? begitulah sebutan kelompok kami. tepatmya di regu 9, kami beranggotakan 29 orang dari wilayah Jogja dan Solo Raya. Kok PD banget? ya karena tadi aku ingin berubah.
Perubahan itu tidak instan, butuh waktu lama. dalam hal ini tentu saja aku tidak ingin melewatkan kesempatanku bersama BunCek.
Entah bagaimana nanti di tengah jalan, Bismillah wae.
Kegiatan Harianku
Keseharian Tanpa Suami
Wah, ternyata banyak ya! Baru kerasa saat menulis dan mencatatnya.
Kegiatanku Bersama Suami
Ada yang beda ndak? Menurut kalian yang beda itu apanya?