Apa jadinya ketika kita mengalami pelecehan seksual, tetapi tak mampu mengatakannya kepada orang lain? Bukankah, perempuan itu harus kuat, bagaimana kita bisa berjuang menghadapi kekerasan seksual?
Saya tinggal di desa. Pekerjaan di sana didominasi oleh petani. Pun dengan Bapak dan Ibu. Pagi hingga siang, rumah saya sering kosong. Berangkat atau pulang sekolah keseringan sendiri. Seperti hari itu, suasana rumah sepi menjelang magrib. Panen membuat Bapak dan Ibu lebih lama di sawah. Jarak sawah ke rumah pun cukup jauh. Harus melewati ladang tebu, jalan setapak dan deretan rumah warga.
Saat menyalakan lampu, ada kakak sepupu laki-laki (H) yang datang. Selisih umur kami jauh, saya SD ia sudah bekerja. Ia sering memberi uang jajan dan juga makanan. Awalnya bahagialah. Ada teman sekaligus jajanan gratis.
Saat kami berada di lincak, entah kenapa sore itu ia justru menutup pintu rumah dan langsung memeluk. Ada rasa risih, tetapi di saat bersamaan juga enggan. Apalagi ketika ia mencoba memegang celana dalam saya. Setelahnya, saya hanya melawan dan mencoba lari. Yah, walau hasilnya nihil, saya tetap mencoba. Saat itu hanya rasa takut yang ada. Namun, karena mungkin terlalu takut jadinya badan tidak terkontrol dan membuatnya marah. Beruntung, sebelum saya diangkat ke kamar, Bapak dan Ibu datang.
Dulu, pengetahuan seputar seksualitas di desa sangat terbatas. Pembicaraan seperti ini seakan sebuah larangan tak tertulis. Jadi, ketika saya memberitahu ibu tentang semua pengalaman pahit itu, ia justru marah dan menganggap saya yang salah.
“Makannya, jangan dekat-dekat dengan Masmu. Jaga sikap. Lendotan, manja terus!” Masih banyak kata yang justru membuat saya akhirnya terdiam sekaligus marah. Mangkel pokoke.
Sisi Kelam Dunia Daring
Zaman telah berubah, sejak pandemi 2019 aktivitas difokuskan melalui daring. Sekolah, pekerjaan bahkan bisnis pun tak bisa lepas dari jaringan internet. Pun dengan media sosial, facebook, instagram, line, hingga tiktok memegang peranan besar dalam kehidupan generasi milineal saat ini.
Berdasarkan data dari APJII 2019-2020 (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) pengguna internet di Indonesia meningkat 25,5 juta. Penggunanya pun didominasi usia produktif, 15-19 tahun 83,1 % disusul 20-24 tahun dan 25-29 tahun sebesar 82,9 % dan 82,2%.
Efek positif tentu saja dirasa. Informasi bertebaran. Ketik saja kata yang kita inginkan di mesin pencarian Google, nanti akan muncul beragam artikel yang berkaitan dengan informasi yang kita inginkan. Tinggal bagaimana kita memilih dan memilah kebenaran informasi yang ada.
Beragam kemudahan ini tentu saja memberikan dampak negatif secara langsung ataukah tidak. Salah satunya peningkatan tindakan kekerasan seksual secara digital. Kalau dulu, saya masih tidak tahu namanya kekerasan seksual walau mengalaminya langsung. Sekarang? Isu tentang kekerasan seksual dapat ditemukan di berbagai media. Kirim gambar tak senonoh saja sudah masuk kekerasan seksual.
Luas ya jadinya. Apasih yang masuk dalam kategori kekerasan seksual itu?
Seringkali kekerasan seksual ini dikaitkan dengan pelecehan seksual. Apakah itu benar? Belum tentu. Pelecehan bagian dari kekerasan seksual. Bisa lewat sentuhan fisik maupun nonfisik dengan sasaran organ seksual korban.
Buruknya, kekerasan seksual “walau dalam bentuk pelecehan” jika dibiarkan, seringkali mengakibatkan rasa tidak nyaman, tersinggung, korban merasa direndahkan martabatnya, dan mungkin sampai menyebabkan masalah kesehatan dan keselamatan.
Waktu Bukanlah Sebuah Solusi
Daftar kekerasan seksual yang ada belum mendapatkan penanganan yang “memuaskan”, terutama bagi korban. Belum adanya undang-undang tentang permasalahan ini menambah pelik dan ruwetnya sistem hukum yang ada.
Saya masih beruntung. Walau keluarga tidak percaya, saya diberi kesempatan untuk menempuh pendidikan di kota. Secara tidak sadar, hal ini membawa jeda dengan pengalaman dulu yang kemudian terisi dengan pengalaman dan pengetahuan baru. Saat itu saya percaya, kalau semuanya baik-baik saja. Namanya juga masih saudara dan kerabat dekat. Nyatanya, ketika saya pulang, apalagi saat melihat kakak sepupu, emosi saya tiba-tiba tak keruan. Ada rasa takut ketika sendiri, kadang disertai mimpi buruk.
Semua perasaan itu berjalan begitu saja. Kadang, kalau saya berhadapan dengan orang baru sikap pertahanan diri aktif sendiri. Jadinya, saya nyaman menyendiri dan sulit dekat dengan orang lain.
Dulu, rasa malu dan juga keterbatasan informasi membuat kondisi saya semakin parah. Butuh waktu lama untuk tahu adanya metode healing luka di masa kecil. Apalagi ketika saya diharuskan bersembunyi di balik kata “Baik-baik saja.”
Sesak dan sakit!
Belajar dari pengalaman terdahulu. Saya tidak mau ketinggalan dalam memanfaatkan teknologi untuk menangani kekerasan seksual. Saat ini, saya memang tidak muda lagi. Namun, sebagai seorang ibu yang peduli akan generasi muda, tak ada salahnya tetap setia mengikuti perkembangan seputar dunia perempuan. Khususnya kekerasan seksual.
Kesempatan Merdeka Bersama FIA (Female in Action)
Generasi milenial memiliki keaktifan tinggi untuk berselancar di dunia digital. Salah satunya dalam bentuk aplikasi. Selain tertarik pada desain, mereka memilih berdasarkan pelayanan dan juga kegiatan yang disediakan. Seperti adanya kegiatan untuk meningkatkan branding, diskusi, pemberian informasi terbaru, bantuan proses healing sekaligus sebagai media inspirasi.
Memangnya ada aplikasi yang sesuai kebutuhan muda-mudi? Tentu saja ada. Saat ini, Sobat Milenial tidak perlu menunggu sehari, seminggu atau sebulan untuk tahu perkembangan dunia perempuan. FIA (Female In Action) memberi kesempatan luas bagi perempuan di usia produktif untuk dapat berkembang dan lebih berani.
Sebagai komitmen untuk dedikasinya, FIA meluncurkan FIA App. Yah, zaman sekarang kalau kita tidak eksis dengan fasilitas yang mumpuni, kita akan tertinggal. Kalau saya mah, memang sudah tertinggal, kalau generasi Milenial, sayang banget! Masak kalah dengan saya.
Sobat Milenial mampu lebih berani!
Sobat Milenial tak perlu khawatir sarananya. Kan ada FIA!
Keuntungan dekat dengan FIA sangat banyak. Salah satunya, Sobat tidak perlu takut apalagi malu seandainya melihat ataukah mengalami kekerasan seksual. Sobat juga tidak perlu mengeluarkan uang “banyak” untuk mendapatkan fasilitas coaching dari psikolog atau konselor berpengalaman. Rasa tenang kalian bisa didapat dengan bermodalkan kuota.
Belum cukup juga? Yah, perempuan yang terkenal tak mau ribet tentunya mencari yang simpel. Kita tak perlu repot menenteng laptop untuk bisa speak up, di FIA kita bisa menyalurkan bakat dan minat.
So, saatnya bergerak dan download aplikasi FIA di smartphone.
FIA App, Sahabat Milenial Zaman Now
Sebagai platform yang dipersembahkan untuk perempuan, media ini terus berkembang dan menjadi terobosan terbaru dalam menangani kasus kekerasan seksual. Dengan one click acces yang fleksibel, dinamis dan modern kita bisa mendapatkan bantuan dari psikolog ataupun konselor tepercaya.
Dengan memanfaatkan supporting system, FIA berusaha memberikan kontribusi nyata dengan memperluas dampak positif. Khususnya untuk perempuan pemalu seperti saya. Women support women menjadi tujuan utama untuk mengajak perempuan agar tetap aware dengan perempuan lain, termasuk dalam hal kekerasan perempuan.
Tidak hanya proses healing, FIA pun berfokus meningkatkan kualitas perempuan di usia produktif 16-28 tahun dari aspek kesehatan mental, sex education dan soft skill yang berkualitas bagi pengembangan diri perempuan milenial Indonesia.
Biar lebih dekat dengan FIA yuk kenalan dengan aplikasinya dulu. Bagaimana mau menikmati fasilitas FIA App kalau kita tidak mendownloadnya?
Langkah pertama masuk ke Play Store/ Google Play. Kemudahannya bergantung dari jenis ponsel Sobat semua. Kalau saya memakai ponsel jadul, tapi masih full power. Kalau Sobat?
- Setelah berhasil download FIA, lakukan pendaftaran akun melalui menu Sign.
- Isi email aktif, password lalu unggah foto yang cantik. Eh salah, foto yang sopan.
- Klik daftar, akun Sobat akan terdaftar.
- Untuk memastikan, lihat email untuk pemberitahuannya.
- Masukkan ulang passwrod dan email yang Sobat daftarkan. Klik masuk.
- Udah deh tinggal dinikmati aplikasinya. Gampangkan? Bila kesulitan lihat infonya di web FIA.
Download di sini untuk Playstore
Mengenal Fitur FIA App
Helo Aprillia Nur’Aida, ketika membuka FIA App kita sudah disapa duluan, dengan seperti ini rasanya istimewa. Selain dekat juga membuat kita dihargai. Untuk semakin mengenal yuk kita jelajah isi FIA App!
Fokus pada pengembangan diri yang fleksibel dan menghubungkan perempuan dengan berbagai coach di bidang career dengan berbagai skill dunia kerja melalui sistem one on one chatting dengan kurikulum, ebook dan sertifikat. Fokus pengembangan dirinya banyak lo, tingal dipilih-dipilih!
- Career Preparations
- Leaderships
- Entrepreneurship
- Communication
- Digital and Technology
- Financial Planning
- Time Management
- Self Branding
- Design Thinking
- Talent & Creativity
Fokus pada mental health and emotion manajemen bagi perempuan muda yang menghubungkannya dengan jutaan psikolog indonesia dengan sistem one on one chatting dan ebook. Mau pilih yang mana?
- Self discovery (minat dan bakat)
- Self management
- Stress management
- Confidence building
- Overthinking
- Resiliensi
- Interaksi sosial
- Relationship management
- Self love
- Masalah pendidikan & karir
Nah, kalau Sobat mengalami seperti saya, di sini tempatnya. Pelaporan kekerasan ini akan menghubungkan pelapor dengan para konselor berpengalaman. Yang pasti privacy juga terjaga.
Di dalam FIA Event tersedia berbagai event yang diadakan oleh FIA. Klik saja event yang ada, di dalamnya akan tersedia mengenai info yang dibutuhkan. Misal mengenai Kompetisi Blog ini, ada keterangan biaya (gratis/ berbayar), detail kegiatan serta tanggal.
Event gratis yang diselenggaran memiliki kualitas berbayar. Isi dan juga pemateri yang menyertai memang mumpuni di bidangnya. Untuk tema dan acaranya pun kekinian, jadi sayang kalau dilewatkan.
Beberapa Event yang masih ada, antara lain:
- Mengenal lebih dalam kekerasan verbal vs Fisik pada perempuan dan Tips seputar toxic relationship. (22 Oktober 2021)
- FIA Scholarship Batch 1.0 (29 Oktober 2021)
- FIA Academy Intensive Business Class (30 Oktober 2021)
Bila Sobat semua masih terlalu malas melihat event yang ada, semuanya disuguhkan dalam feed di depan kok, jadi kita bisa tahu info dan promo yang sedang berlangsung serta event mendatang.
FIA Care
Sesuai namanya care itu bentuk kepedulian kepada sesama. Kalau dulu semasa kuliah, ada ungkapan, sebagai teman saya tidak bisa cure (mengobati) hanya bisa care (merawat) saja. Bentuk tindakan yang dilakukan salah satunya memotivasi tindakan. Tujuan dari care ini memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan Sobat semua.
Keunggulan FIA Care dalam Menangani Kekerasan Seksual
Sekarang saya bakalan berbagi informasi tentang keistimewaan aplikasi FIA Care . Biar Sobat gak ragu untuk memanfaatkan FIA Care, ini dia beberapa hal menarik yang bakalan kita dapatkan:
Tampilan Fitur yang Simpel nan Fungsional
Kesan pertama saat kamu membuka FIA app adalah tampilan fitur yang rapi dengan sentuhan warna yang soft. Dominasi merah muda seakan menggambarkan siapa sasaran pengggunanya. Bikin enak dipandang. Berbagai pilihan fitur ditampilkan dalam ikon, hal ini mempermudah Sobat untuk mencari fitur FIA Care. Bukan hanya itu, menu seperti Beranda, Chat, Notifikasi dan Profil diletakkan dibagian paling bawah, Sobat pun akan lebih nyaman dan mudah untuk mengeksplor setiap menunya. Dengan tampilan feed yang simpel membuat pengguna makin tergoda untuk memanfaatkan fitur yang ada.
Sistem Pelaporan Mudah Pengisiannya
Kemudahan mengakses merupakan salah satu hal yang terpenting dari sebuah aplikasi. Nah, di FIA Care kita dapat langsung mengisi pelaporannya. Jadi Sobat tidak perlu repot-repot ngeklik banyak menu untuk menyampaikan keluhan yang dialami.
Diawali dengan pengisian nama dan nomor telepon. Setelahnya, mengisi jenis kekerasan yang terjadi, ada tiga pilihan di sana (Kekerasan, Depresi, dan Umum). Lengkapi pula kekerasan yang kita alami, apakah dalam bentuk verbal, pukulan atau yang lain. Tak lupa jelaskan kronologi kejadian. Setelah lengkap tinggal kirim dan menunggu notifikasi pemberitahuan.
Privasi Terjaga
Salah satu keunggulan dari FIA Care adalah mengenai kerahasiaan. Siapa sih yang mau namanya terekspose dan menjadi konsumsi publik ketika mengalami kekerasan seksual? Yah, ini jugalah yang seringkali menghalangi korban kekerasan seksual untuk mencari bantuan. Memahami akan pentingnya privasi ini, FIA Care memastikan terjaganya segala isian kita pada form pengaduan.
Respon yang Diberikan Cepat
Sobat gak perlu bingung apalagi pusing dengan setelah mengisi pelaporan. Dalam waktu paling lambat 1×24 jam, keluhan kita akan direspon. Kita pun dapat melacak sampai di mana proses pelaporan yang kita lakukan. Jika kita sendiri sampai lupa pernah melaporkan, secara berkala ada yang akan mengingatkan tentang keluhan kita. Biasanya melalui wa.
Crossceck Mudah
Segala sesuatu yang kita masukkan ke dalam FIA dapat dilihat dan juga dikoreksi. Klik Saja Profil, selain ada nama, foto dan email juga ada kegiatan yang pernah kita lakukan di sana. Ada riwayat transaksi, sertifikat, event saya, jadwal mentoring, hubungi kami dan juga menu keluar. Jadi, bila kita telah melakukan pelaporan untuk kegiatan dan jadwal mentoringnya tak perlu bingung apalagi takut terlupa kan? Bisa dilihat di profil.
Masih ragu untuk download? Tidak kan! Langsung unduh aplikasinya ya, Sobat.