Perempuan itu pelupa. Perempuan itu perlu teman untuk sekadar berbagi keluh kesah. Perempuan juga butuh suntikan ilmu untuk upgrade diri. Tidak hanya berhubungan dengan pekerjaan tetapi juga mengenai cara mendidik anak. Seksualitas salah satunya.
Apaan sih itu, kan tabu!
Jijik deh, masak anak kecil sudah diajari berhubungan seks.
Stop untuk mengkerdilkan diri! Seksualitas itu kebutuhan. Malu, menjijikkan dan tabu itu sesuai apa yang kita ajarkan ke anak. Kalau kita mampu mengenalkan dasar pendidikan ini, justru akan membantu anak dalam mengelola kematangan jiwanya.
Sudah siap?
Dalam berumah tangga, kita tidak sendirian. Istilahnya berpasangan. Ada laki-laki dan ada perempuan. Keduanya memiliki isi kepala berbeda. Emosi pun jauh dari kata selaras. Seringkali ada selisih paham.
La Venus dan Mars kok disamakan!
Butuh kepercayaan diri untuk bisa dan mampu menjalin komunikasi dua arah dengan pasangan. Apalagi kalau sudah ada anak di antara keduanya. Butuh kerjasama untuk mampu mendidik anak. Anak perempuan perlu uluran tangan ayah dalam memberikan kenyamanan. Anak lelaki perlu kasih sayang ibu untuk melatih perasaannya.
Lalu kenapa masih kesulitan mengenalkan seksualitas ini? Kan setiap hari hidup kita itu tak jauh dari namanya seksualitas. Saat datang bulan, kita perlu membersihkan area vagina secara benar. Saat anak kecil pun kita perlu mengajarkan cara membersihkan penis, cebok apalagi bagaimana menutup bagian tubuh mereka.
Jawabannya tentu saja karena tidak biasa. Kita tak biasa melakukannya. Kita tak biasa berbicara terbuka dengan pasangan ataukah anak. Kita juga tak biasa untuk jujur.
“Saya kesulitan membiasakan penis/ vagina pada anak.”
“Saya sulit menerangkan bagaimana bayi itu ada.”
“Kami kesulitan berbicara pada anak tanpa nada kasar.”
Seberapa Penting Pendidikan Seksualitas Itu?
Data dari SIMFONI PPA (Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak), Indonesia mengalami darurat kejahatan seksual. Dari data di atas, semakin tua warnanya angka kejahatan semakin tinggi. Di mana Jawa sebagian besar warnanya lebih tua dibandingkan daerah lain.
Di masa pandemi seperti ini, kejahatan justru tak mengalami penyusutan. Dari data yang tercatat di tahun 2022 yang baru berjalan tiga bulan ini sudah ada ribuan laporan yang terdata. Belum lagi yang malu ataukah merasa takut lapor.
Masihkah kita mau berpangku tangan?
Layaknya tumbuh kembang jasmani, seksualitas pun akan terus mengalami perubahan. Bahkan bisa dikatakan semakin kompleks. Pikiran dan kebutuhan anak-anak berbeda dengan remaja. Anak hanya sekadar lebih banyak ingin tahu, sedangkan remaja butuh pengetahuan seputar reproduksi, pembatasan aurat ataukah mengenai masa balig dan juga kesuburan.
Sudah percayakan kalau cakupan seksualitas itu sangat luas? Tidak hanya berorientasi pada ketertarikan dengan lawan jenis, seksualitas juga berhubungan dengan rasa malu dan privasi juga.
So, seksualitas ini adalah jalan untuk memasuki gerbang dunia baru. Lebih tepatnya rumah baru yang akan kita bentuk nantinya. Layaknya ingin bercocok tanam, kita memilih bibit, tanaman, jenis tanah, pupuk ataupun lingkungan secara optimal. Kualitas di nomor satukan.
Keuntungan belajar pendidikan seksualitas, diantaranya:
- Melatih keberanian orang tua
Belajar tidak hanya berlandaskan dari materi. Bersama dengan orang lain yang sefrekuensi juga dapat mempengaruhi pikiran dan cara pandang kita. Kadang untuk berlatih, orang tua memerlukan cermin dari orang lain. Apakah cara yang kulakukan sudah benar? Apakah aku tidak ketinggalan zaman? Bagaimana menjawab pertanyaan anak yang semakin sensitif?
Saat merasa “aku” tidak sendirian, orang tua merasa dapat teman seperjuangan. Ada semangat untuk melakukan sesuatu. Pun kalau kita belum mencoba, ada usaha lebih untuk memulai.
- Upgrade ilmu pengetahuan
Ingatan kalau tidak diupgrade dapat menjadi usang. Kasar ya, tetapi itulah adanya. Saya masih ingat, dulu ketika kuliah ada pembelajaran mengenai saraf otak. Bentuknya seperti benang ruwet yang panjang dan tidak terputus.
Di dalam otak itu berisi jaringan-jaringan yang biasa disebut dendrit. Untuk bisa saling terhubung perlu adanya jembatan. Membaca, belajar, melihat ataukah mendengar adalah sarana untuk merangkai jembatan ini. Yah, walaupun naluri sebagai ayah atau ibu itu sudah ada sejak dulu, perlu kebiasaan dan pengalaman dalam memahaminya.
- Komunikasi terbuka dengan anak dan suami
Komunikasi dalam keluarga adalah sesuatu yang krusial. Pasangan sebagai teman diskusi dan mengambil keputusan, kalau anak adalah cerminan diri kita ke depannya. Semuanya saling terkait. Keterbukaan menjadi kunci adanya ikatan di antara penghuni rumah. Keterbukaan juga menjadi bentuk kenyamanan yang diwujudkan dengan penghuni yang menjadikan rumah sebagai istana.
- Menutup jalan keingintahuan tak sehat
Rasa ingin tahu itu bagus, tetapi kalau dicari secara sembarangan dampaknya dapat merugikan diri sendiri. Kok bisa? Cobalah sesekali berkaca pada lingkungan. Banyak ABG berpacaran. Mereka menjalin hubungan di luar keingintahuan orang tua. Bahkan ada yang backstreet. Mereka belajar secara autodidak. Tanpa disadari pula mereka belajar dari orang di sekelilingnya, tanpa ada saringan informasi atau pengalaman.
Berapa usia yang diperbolehkan pacaran?
Batasan kegiatan berpacaran apa saja?
Pacaran itu apa sih?
Tanpa bimbingan tepat, ABG dapat informasi “sesuai” dengan keinginan mereka dengan mengesampingkan apa yang menjadi kebutuhan dan tanggung jawab mereka sendiri.
Mengenal Sokoomah
Sokoomah adalah tempat untuk upgrade diri, khususnya tentang pendidikan seksualitas. Berisikan relawan yang peduli akan pendidikan Indonesia ke depannya. Kita fokus untuk membuat perempuan menjadi penggerak khususnya dalam keluarga.
Di dalamnya terdapat berbagai macam jenis materi yang dapat dipilih dan dipilah. Pun untuk waktu dan pelaksanaannya bergantung dari kesepakatan yang ada. Bisa dikatakan, Sokoomah bisa berintegrasi dengan komunitas lain baik sebagai pemateri atau narasumber. Pun Sokoomah bisa menjadi tuan rumah bagi para kader yang ingin meng-upgrade ilmunya.
Produk yang ditawarkan: buku dan juga seminar/ kelas parenting.
Buku berisikan mengenai tanya jawab seputar seksualitas. Sedangkan seminar atau kelas parenting berhubungan dengan materi yang terjadi saat ini atau yang lagi trend.
Dana Penggerak
Ketika memutuskan untuk menyebarluaskan pendidikan seksualitas ini, perlu adanya dana. Kenapa? Selain sebagai upaya optimalisasi materi yang disampaikan juga memperluas jangkauan.
Salah satu jalan yang dipilih adalah dengan memanfaatkan fasilitas media sosial, membuka kelas melalui wa, telegram, atau diskusi terbuka di Instagram dan Facebook.
Promosi 100.000
Upgrade ilmu microblog 50.000
Seminar tentang pendidikan seksualitas 50.000
Membuat buku seksualitas 1.300.000 (20 eks)
Berbicara mengenai keuangan tiada pernah cukup. Akan selalu ada kebutuhan. Namun, karena kembali kepada visi misi untuk jadi penggerak, selalu ada yang dilakukan.
Nah, untuk dapat bertahan Sokoomah memasang jaring persahabatan, untuk itulah dibutuhkan komunitas ataukah teman seperjuangan yang tahu akan visi misi kita ini.
Kompetisi Modal Usaha Mom
Bayangan yang terlintas ketika membaca kompetisi modal usaha ini adalah adanya cahaya untuk bisa menghidupkan Sokoomah di tengah pandemi. Sama seperti usaha lain, relawan yang menjalankan usaha ini mengalami kemerosotan. Semua tiada lain karena kebutuhan.
Sokoomah belum mampu menjadi pijakan kuat untuk membantu perekonomian mereka. Dari kuliah online, lebih banyak yang mengandalkan relasi alias gratisan. Padahal untuk materi, bahan dan juga sinyal memerlukan biaya operasional.
Kompetisi ini membuat saya tahu ada hal yang harus dilakukan. harus ada perubahan atau bisa juga regenerasi. Semisal mengenai produk buku, perlu adanya marketing yang jelas, perlu promosi yang menarik dan mumpuni serta perlu adanya konsistensi untuk terus berusaha.
Jika Mendapat Dana Bantuan
Hal pertama yang saya lakukan adalah lebih percaya diri. Selama ini, saya termasuk tipe pendiam. Teman seperjuangan pergi satu persatu, saya masih diam dan selalu berkata tak apa. saya baik-baik saja. Kali ini saya ingin lebih percaya diri menghadapi dunia kalau saya masih bisa bangkit dan punya karya. Setelahnya, saya merekrut orang untuk membantu kegiatan promosi dan juga menjalankan kelas.
Hal kedua tentu saja menghidupkan media sosial. Selain pemalu, saya juga kurang cakap dalam membuat media promosi. Inilah yang mulai saya lakukan, belajar untuk lebih kreatif dan mengolah gambar.
Selain meningkatkan viewer media sosial juga menghidupkan rutinitas media sosial yang sempat mati suri karena bingung mau menulis apa.
Akhir, tetapi bukan penutup dari perjuangan adalah membentuk kelas berbayar sekaligus mengupayakan promosi secara tertutup di grup.
Yah, walau masih terasa jauh dan belum PD, saya ingin membantu keluarga sekaligus menyelesaikan permasalahan yang dihadapi ibu-ibu di rumah. Kalau bukan dari kita siapa lagi yang memulai.
Dari rumah untuk masa depan yang lebih baik.
This really answered my problem, thank you!