Bunda cekatan sudah menuju finish. Ada rasa bangga, proses selama tujuh bulan telah terlewati. Sebagai catatan sekaligus potret diri, saya menuliskan perubahan yang telah saya alami sejauh ini.
Metamorfosis Saya
Di awal waktu ada kegalauan perihal niatan untuk ikut Buncek. Mendekati tahap pendaftaran, saya sudah semakin yakin untuk memilih potensi diri yang ingin dilatih hingga cekatan. Menulis buku!
Seiring berjalannya waktu, minggu demi minggu terlewati. Sayangnya, hal ini tak sejalan dengan kecekatan yang awalnya sudah menjadi target. Faktor klasik seperti waktu, kesibukan harian bersama anak serta rasa lelah menjadi penyebab yang sampai saat ini belum tuntas penyelesaiannya.
Setelah berbicara dengan mentor dan melakukan evaluasi diri, saya kembali melihat peta belajar. Prioritas nomor 2 menjadi tujuan yang ingin saya cekatani di tahu 2025. Menulis di blog. Setidaknya seminggu sekali.
Ini pun masih belum bisa dikatakan sepenuhnya tuntas. Ibaratnya, dari konten blog yang sudah dibuat selama sebulan hanya sebagian yang dapat dieksekusi. Itu pun temanya seringkali berubah dari rencana awal. Untuk niatan sekarang, yang penting nulis.
Dari proses pemilihan daun, ulat, kepompong hingga kupu-kupu tentu saja ada perubahan diri ke arah lebih baik. Saya menjadi lebih menghargai waktu. Tidak ada yang sia-sia. Semua media, personal ataukah interaksi menjadi pembelajaran yang tak dapat diulang.
Kupu-Kupu Di Bunda Cekatan
Ibarat kupu-kupu, saya menggambarkan diri saya seperti ini. Walau sederhana, tentu ada makna di dalamnya.
Warna yang didominasi ungu dalam kupu-kupu menggambarkan warna kesukaan. Ada banyak makna yang tersirat dari warna ini, diantaranya:
- Kebijaksanaan: Warna ungu yang langka dan misterius dikaitkan dengan kebijaksanaan. Dengan pola pikir yang lebih terarah, saya menjadi lebih tenang dalam menghadapi sesuatu.
- Spiritualitas: Warna ungu dikaitkan dengan spiritualitas, meditasi, dan transformasi. Dalam hal ini saya sudah terlatih di tahap kepompong.
- Kreativitas: Warna ungu dapat merangsang kreativitas dan imajinasi. Tentu saja hal ini untuk mengasah dan mempertajam kemampuan menulis.
- Kepekaan dan empati: Warna ungu dapat membantu menciptakan lingkungan yang mendukung interaksi sosial yang positif.
- Keseimbangan emosi: Warna ungu dapat membantu mencapai keseimbangan emosi.
- Individualitas dan kemandirian: Warna ungu dikaitkan dengan individualitas dan kemandirian.
Penggambaran kupu-kupu yang terbang rendah menandakan kalau masih perlu banyak latihan agar bisa terbang tinggi di udara. Berada di bawah juga mengingatkan saya untuk lebih mengenali diri. Siapa akan diri saya sebenarnya.
Ibaratnya sebagai ibu rumah tangga sekaligus penulis, ya saya harus selalu belajar untuk membagi waktu sembari mengasah kemampuan. Kupu-kupu itu hidupnya singkat. Ini sebagai pengingat! Jangan sampai menjadi penulis dalam waktu singkat. Terkubur tanpa dikenal karyanya.
Goresan kuat seperti otot di setiap sayap menjadi pengingat akan usaha yang dilakukan. Semuanya dilatih agar kokoh dan kuat. Tidak hanya perihal tubuh, mental pun turut serta perlu ditempa. Ibarat bagian tubuh, perlu digerakkan setiap hari dengan ritme yang seirama. Agar menghasilkan kepakan yang kuat dan kokoh.
Ukuran kupu yang besar menandakan kalau saya bangga akan kondisi tubuh saat ini. Besar dan berisi. Didasari latihan setiap hari membuat tubuh menjadi lebih fit dan kuat. Beraktivitas menjadi lebih semangat. Badan sehat, pikiran jernih dan lingkungan pun bisa menjadi lebih terkendali.
Terakhir, latar belakang putih menjadi kegamangan saya untuk ke depannya. Masa depan masih terlihat putih. Belum ada gambaran. Masih perlu digali dan dikembangkan lagi kemampuan menulis saya. Yang pasti saya perlu menentukan goresan/ warna seperti apa untuk masa depan ke depannya.
Baca Surat untuk mentor.
Baca Surat untuk mentee.
Kalau kalian bagaimana? Kupu-kupu seperti apa kalian?