Orang Tua Cekatan dalam Mendampingi Anak ADHD

Dimulai dari diri sendiri sebagai ibu dan istri. Di sini saya lebih fokus dalam menggali hal positif dalam diri demi menguatkan kualitas fisik dan mental. Hal yang tak kalah penting berhubungan dengan pasangan dan orang sekitar. Kemudian menata kondisi ekonomi. Bagaimana pun perlu adanya perencanaan dan langkah yang tepat untuk mendampingi anak ADHD.

Proses Pemeriksaan Anak ADHD

Mengenal ADHD

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) atau GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas) membuat anak tidak perhatian, hiperaktif dan impulsif (bertindak dan berbicara sekehendak hatinya). Di mata masyarakat awam ADHD biasanya lebih dikenal dengan hiperaktif. Walau tidak sepenuhnya benar, penjelasan ini memudahkan saya untuk mengkomunikasikan kondisi anak saya kepada kerabat, tetangga ataukah ke lingkungan sekitar rumah dan sekolah.

Untuk dapat mengetahui apakah anak-anak ada indikasi ADHD, cobalah untuk menelusurinya melalui pertanyaan sederhana di bawah ini?

Kesulitan Berfokus

  1. Apakah anak sering pikirannya “mengembara”? Jawaban pertanyaan bercampur dengan imajinasi anak.
  2. Apakah anak memperhatikan/ melihat lawan bicara?
  3. Apakah anak sering terganggu oleh penglihatan atau suara yang tidak relevan?
  4. Apakah anak sering tidak teliti atau membuat kesalahan? Ceroboh?
  5. Apakah anak kesulitan mengikuti petunjuk?
  6. Apakah anak sering kehilangan atau melupakan barang-barangnya?

Hiperaktif

  1. Apakah anak tidak bisa diam?
  2. Apakah anak selalu menggerakkan tangan atau kaki saat duduk di kursi?
  3. Apakah anak memegang-megang pensil atau kaki orang di dekatnya?
  4. Apakah anak secara teratur memain-mainkan rambut atau pakaian orang di sekitarnya?
  5. Apakah anak sering merasa terlalu aktif?
  6. Apakah anak memiliki rasa penasaran yang tinggi? Ingin tahu dan mencoba segalanya?

Impulsif

  1. Apakah anak sering mengambil tindakan tanpa mempertimbangkan konsekuensinya?
  2. Apakah anak sering memotong kalimat orang lain?
  3. Apakah anak melontarkan komentar tidak pantas?
  4. Apakah anak mengalami kesulitan menunggu pesanan atau giliran (antri)?

Jika memang ada banyak ciri yang dimiliki anak, segera konsultasikan ke dokter spesialis anak/ dokter tumbuh kembang/ psikolog tumbuh kembang. Jangan sampai mendiagnosis sendiri!

Mendampingi Anak ADHD

Bingung, itulah yang saya rasakan saat mendengar anak saya didiagnosis ADHD. Sebagai orang tua yang merasa sudah cekatan, diagnosis itu menjadi tamparan keras. Kepercayaan diri runtuh. Pun dengan semua rencana masa depan yang sudah dirancang dan dipersiapkan. Semuanya buyar.

Banyak hal yang perlu dibenahi dalam membersamai anak ADHD. Anak terlahir dalam ketidaktahuan. Anak terlahir membawa kelebihan dan kekurangan. Mengetahui kekurangan mereka tidak lantas membuat kita mudah menghakimi. Kekurangan inilah yang membawa bekal bagi kita untuk menata dan menyusun peta kehidupan yang lebih tepat dan terarah.

Orang tua menjadi pegangan anak. Dari kita jugalah mereka belajar menangkap dan merespons emosi. Bagaimana kita bersikap akan kondisi anak, di sanalah anak akan bercermin di dalamnya.

Sejak awal, sebagai orang tua kita perlu “belajar” menerima, mengajarkan, dan mendidik anak dengan baik dan layak. Mereka pun mampu beradaptasi dengan perubahan yang ada. Mempersiapkan anak ADHD memerlukan tenaga ekstra. Tidak hanya dalam pemikiran, keuangan pun menjadi tantangan. Terapi dibutuhkan dalam jangka waktu lama. Belum lagi persiapan sekolah dan kebutuhan harian mereka yang memerlukan treatment spesial.

Menerima Kondisi Anak ADHD

Lagu terbaru Raisa—Si paling Mahir seakan mengingatkan akan kegelisahan yang pernah saya alami. Sebagai ibu yang paling ditakutkan adalah ketidakberdayaan anak di masa dewasa. Takut anak gagal. Takut anak rusak. Takut anak tidak bisa bersaing. Takut anak tak bisa mandiri.

Orang tua tidak dapat menyalahkan anak atas kondisi yang terjadi. Yakinkan pada diri sendiri kalau semua ini bukan karena kita tidak dapat mendidik anak dengan baik (bad parenting). Semua ini memang karena kehendak-Nya. Menangis sejenak mampu  mengalirkan rasa kegelisahan, kecewa, takut dan amarah. Menangis juga menjadi bekal kita untuk lebih kuat dan tabah dalam membersamai anak.

Berdasarkan penelitian, penyebab ADHD belum diketahui secara pasti. ADHD tidak mampu didiagnosis selama kehamilan. Kegagalan dalam pembentukan sel otak selama di kandungan menjadi penyebabnya. Namun, di antara penyebab lain (pengasuhan, faktor makanan, kecelakaan selama kehamilan, obat-obatan dll) faktor genetik sangat dominan.

Mengeratkan Komunikasi dengan Pasangan/ Orang terdekat

Pasangan menjadi teman, penasehat sekaligus sandaran di kala emosi kita labil. Dua pikiran tentu menghasilkan pemikiran yang lebih beragam dan berwarna. Asalkan sudah satu visi dan misi. Tidak saling menuntut apalagi menyalahkan. Orang tua ridho, anak lebih mudah bersyukur dengan kondisinya.

Sebagai perempuan, emosi masih jauh di depan. Terlebih mengenai pikiran-pikiran negatif yang meresahkan. Masa depan anak suram! Yang pada kenyataannya belum pasti. Bila dilihat dari kacamata peluang, anak ADHD ataupun tidak, masa depan mereka tidak ada yang tahu. Apalagi dalam menentukan keberhasilan.

Pasangan dapat menjadi penyokong melalui pemikiran dan kematangannya dalam menghadapi masalah. Pun pasangan dapat menjadi perisai dari mulut yang tidak bertanggungjawab. Perjalanan membersamai anak yang terjal terasa lebih mudah bersama pasangan.

Mempersiapkan Perencanaan Keuangan

Anak ADHD membutuhkan pemeriksaan dan terapi intensif. Terutama di masa keemasannya. Kenapa? Semakin cepat terdeteksi, penanganan lebih mudah dan terarah. Bila terlambat, dapat berefek pada masa dewasanya.

Pemeriksaan tidak hanya dilakukan di dokter anak, tetapi juga pada psikologi perkembangan. Serangkaian tes pun dilakukan saat anak akan memasuki usia sekolah, setidaknya 5 tahun 8 bulan. Ada tes kesiapan sekolah untuk melihat sejauh mana kemampuan anak. Belum lagi terapi mingguan yang harus dijalani. Dalam memperlancar terapi, perlu adanya pemberian terapi medik. Biasanya dilakukan sebulan sekali.

Perkiraan biaya yang perlu dipersiapkan:

Tes kesiapan sekolah: 450.000

Konsultasi psikolog perkembangan anak 1x: 125.000

Terapi 1x (100.00 – 125.000), seminggu minimal 1x maksimal 4x bergantung kebutuhan

Terapi medis ke dokter spesialis: gratis dengan BPJS, 200.000-500.000 (bergantung jenis obat dan dosis yang diberikan).

Belum lagi biaya sekolah dengan kondisi khusus.

Biaya masuk TK inklusi/ montessori, sekitar 7.500.000-15.000.000 dengan biaya perbulan 550.000-1.500.000. Semuanya bergantung pada area sekolah, kesanggupan menerima murid serta kesesuaian program sekolah dengan kondisi anak.

Persiapan masuk SD yang mendukung anak “spesial” sekitar 10-28 juta, SPP perbulan 650.000-1.200.000 (bergantung kondisi anak, membutuhkan guru pendampingan (shadow teacher) atau tidak.

Membuat Aktivitas Anak ADHD di Rumah

Gadget menjadi hiburan favorit anak. Beraneka video menarik dalam rentang waktu beragam memiliki daya tarik tersendiri. Belum lagi adanya game online. Intensitas tantangan serta mudahnya akses untuk mengalihkan channel jika bosan, membuat gadget layaknya barang kebutuhan pokok. Apalagi untuk anak ADHD.

Sejatinya screen time bagi anak ADHD idealnya dikurangi. Selain membuyarkan fokus juga semakin membuat anak ketergantungan. Semakin tantrum, semakin sulit mengontrol emosi. Untuk itulah orang tua perlu membatasi penggunaan gadget dan membuat beragam permainan di rumah. Suasana belajar pun  tak bisa dipaksa, orang tua perlu belajar membersamai anak dengan asyik. Hal yang wajib di rumah salah satunya, mainan ular tangga. Selain melatih fokus juga menjadi sarana merekatkan hubungan anak dan orang tua.

Beragam mainan kartu ataupun beraneka buku berwarna serta beberapa alat peraga montessori bisa disiapkan di rumah. Terkendala biaya? Cari yang bekas, tak mengurangi efektifitasnya. Gymball pun saya sediakan di rumah. Selain memperkuat postur anak juga menjadi alat olahraga bersama di rumah.

Bila masih kesulitan semua? Seringlah mengajak anak keluar, ke playground gratis yang disediakan di taman publik. Sekarang fasilitas umum sangat layak untuk dimanfaatkan. Melatih anak grounding (nyeker) juga mampu merangsang perkembangan motoriknya.

Berdoa dan Berserah Diri

Sebaik-baiknya berencana dan berikhtiar hanya pada Allahlah semua kepastian itu terjadi. Pun ketika saya diberi anugerah anak ADHD. Ada kekecewaan, penyesalan dan juga kesedihan. Mengapa harus saya? Mengapa di saat saya ingin menata hidup, cobaan itu datang bertubi-tubi. Rencana membangun rumah ditunda, rencana S3 suami juga perlu diundur, di saat bersamaan pula saya mendapati kalau hamil lagi tanpa terencana.

Rasa itu akhirnya saya salurkan. Saya menangis dan mengadu. Suami pun kadang menjadi sasaran amarah. Namun, itu tak berlangsung lama. Saya tak boleh terpuruk. Dimulai dengan mencintai diri sendiri melalui makanan dan olahraga, saya mulai mengubah pola hidup. Badan sehat menunjang pikiran positif.

Saya pun lebih menjaga hubungan dengan pasangan dan Sang Pemberi Hidup. Tidak ada yang gagal dalam ciptaanNya. Saya hanya harus lebih bersyukur dan mencari jalan untuk bisa menemukan hidayahNya. Saat semua itu berjalan, hati dan pikiran menjadi lebih ringan. Dalam menghadapi anak pun lebih tenang.

Sobat, bagaimana? Apakah pernah mengalami pengalaman serupa? Ataukah justru dirasa mendapat ujian lebih berat? Yuk sharing di kolom komentar, siapa tahu ada pelajaran lain yang dapat diambil hikmahnya.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *