Sex dapat dilakukan oleh siapapun dengan pasangan, entah sah ataupun tidak. Kadang sex ada yang ‘solo’ (sendiri). Kok bisa? Tentu saja. Sekarang semuanya serba maju dan canggih. Kalau tidak mau ribet dengan pasangan bisa mencari alat bantu sex yang semakin banyak rupanya.
Sex dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan kita sebagai manusia. Hidup tanpa sex terasa hampa, tapi hidup tidak selalu berhubungan dengan sex. Kecuali bagi mereka yang sudah kecanduan. Memang ada kecanduan sex? Tentu saja ada, banyak factor yang melatarbelakanginya salah satunya gaya hidup bebas yang dijalani. Orang seperti ini sulit menentukan komitmen dengan pasangan karena yang dicari adalah pemenuhan kepuasan nafsunya.
Sex dengan cinta bagaikan saudara. Bisa terpisahkan tapi seringkali saling mencari. Bahkan ada istilah kerennya demi cinta aku bisa melakukan apapun untukmu. Salah satunya dengan melakukan hubungan seks tanpa ikatan yang halal. Naudzubillah!
Selama kuliah ada beberapa teman yang pernah kutanya mengenai kehidupan sex dan cinta mereka. Ada yang pernah hingga berhubungan intim, ada yang berhubungan tapi menjauhi area ‘kemaluan’, ada juga yang masih mempunyai prinsip hubungan intim itu ya setelah menikah tapi pacaran dengan bergandeng tangan ataupun cipika-cipiki sudah biasa. Tapi diantara ketiganya ketika ditanya tentang upaya penolakan pada pasangan, jawabannya sama: sangat sulit karena sudah terlanjur cinta.
Nah yang lebih mengherankan lagi saat ditanya mengenai agama mereka , rata-rata menjawab islam.
Bagaimana dengan kondisi sekarang? Dimana seks sudah menjadi konsumsi publik. Adakah cara yang dapat digunakan untuk memelihara nafsu tatkala kita belum bisa mewujudkannya dalam sebuah hubungan yang halal?
Ada 3 cara, walaupun semuanya buruk dan menimbulkan kerugian. Bijaklah dalam memilih dengan mencari cara yang paling ringan kerugiannya.
1.       o Bagi sobatku yang belum siap untuk menikah dan masih mampu menahan syahwat maka berikhtiar dan berdoa untuk selalu menjaga diri, termasuk kemaluan. Berhubungan seperlunya dengan lawan jenis, berpuasa ataupun menyibukkan diri dengan tindakan yang positif, misal belajar al quran, kegiatan kemanusiaan dll.
2.      o Bagi sobat yang sudah cukup umur, sudah siap menikah tapi belum mampu melakukannya bisakah beronani? Ada yang memperbolehkan ada yang tidak. Yang tidak lebih banyak kehati-hatian yang mengatakan iya bisa dilakukan jika memang sangat terdesak dan memang tidak sengaja terbangkitkan. Misal ketika pergi keluar rumah tanpa disengaja melihat wanita berpakaian minim. Tanpa bisa ditahan syahwat melonjak tajam. Hal ini bukan kehendak tapi merupakan naluri. Berbeda hukumnya jika melihat film syur untuk membangkitkan syahwat.
3.      о Nah bagi yang sudah terlanjur segera bertaubat minta ampunan dan perlindungan. Jangan sampai kita lengah dengan beronani/ masturbasi. Setelah tidak lagi dapat memuaskan, mencoba hal baru dengan lawan jenis. Maka mencoba pacaran, dari pacaran akan muncul niatan untuk saling memegang, mula-mula tangan, naik ke atas wajah. Bibir mulai saling bertemu selanjutnya ya sudahlah. Semoga kita dihindarkan. Jika dibiarkan hal ini berlanjut maka kegiatan sex bukan lagi hal tabu.
Hanya sekedar mengingatkan bagi saudaraku, lebih berhati-hatilah. Mereka yang benar-benar sayang pada kita akan selalu berusaha untuk menjaga dan melindungi. Seperti bunga, jika dimiliki oleh penyayang bunga ia akan dirawat hingga berkembang, dihindarkan dari hama, dipelihara dengan rasa cinta. Bahkan jika bisa akan dikembangbiakkan.  Berbeda dengan mereka yang hanya ‘suka’ bunga. Tanpa sungkan dan ragu mereka dengan bebas memetik, jika sudah tidak segar dan mulai layu dibuang. Selanjutnya tinggal mencari bunga yang baru.
Aku juga pernah mengalami, masa ketika rasa tertekan itu mulai menghantui. Ketika pacaran dianggap hal yang lumrah, selepas SMP pertanyaan tentang pacar seperti ungkapan wajib. Tapi Alhamdulillah, tidak ada yang pernah menyatakan cinta (he he) Bahkan hingga lulus kuliah seingatku tidak pernah membawa teman lelaki selain hanya untuk belajar kelompok. Akibatnya aku sempat dikira mengalami kelainan. Astaghfirullah.
Inilah keanehan dalam masyarakat kita, saat kita menjaga dibilang aneh saat kita terbawa arus dikira nakal. Tapi memang inilah hidup. Manusia dianugerahi mata, telinga dan mulut. Jadi wajar jika mereka selalu menggunakannya, yang tidak wajar itu caranya. Memang sulit mempunyai prinsip yang berbeda dengan kebiasaan yang sudah ada di masyarakat. Tapi demi kebaikan kita sendiri, tidak ada salahnya untuk mencoba.
Salam sayang dari keluarga D.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *