Sebelumnya perkenalkan dulu ya? Aku seorang ibu rumah tangga biasa dengan kemampuan luarbiasa yang siap berbagi. Berbagi apa? insyaAllah banyak: ilmu, uneg-uneg, pengalaman atau pun dalam materi (jika diberi rejeki lebih) kepada semuanya.
Semua yang ada dalam postingan merupakan pengalaman sendiri ataupun mereka yang ada di sekitar. Kadang dari sumber buku yang insyaAllah bisa dipertanggungjawabkan untuk itu nanti akan kutulis sumbernya. Mengapa perlu ditulis? Seperti yang kita tahu kodrat manusia sebagai makhluk pelupa membuat kita terkadang sulit untuk berintropeksi diri. Karena itulah momen kebersamaan keluarga merupakan hal penting yang patut untuk dicatat. Jika pengalaman menyenangkan semoga bisa menjadi inspirasi namun bila hal berkebalikan yang dicari maka itu sebagai bahan renungan bersama.
Mengapa namanya SOKO OMAH?
Seperti yang kita tahu, untuk membentuk rumah yang kokoh, tahan terhadap segala kondisi termasuk gempa, angin putting beliung ataupun lainnya kita memerlukan perancang rumah yang matang, bahan yang berkualitas, dan penanggung jawab proses pekerjaan. Mulai dari peltakan batu hingga polesan cat didesain agar rumah kuat tapi tetap terlihat indah. Semuaya memerlukan ilmu, waktu, tenaga, materi bahkan emosi.
Sama seperti ketika mebangun rumah, membentuk keluargapun butuh perencanaan matang. Bagaimana visi-misi keluarga, pembagian tugas dalam keluarga ataupun mengurus anak membutuhkan ilmu yang tidak hanya dipelajari tapi juga perlu untuk diaplikasikan. Karena itulah dengan tulisan ini semoga sedikit membantu bagi mereka yang memang mempunyai cita-cita yang sama seperti penulis. Yaitu membentuk keluarga bahagia dunia akhirat. Bahagia di sini bukan hanya diisi dengan tawa tapi lebih kepada bagaimana kita bisa bersyukur akan segala kondisi yang dialami bersama orang terkasih.
Kondisi setiap keluarga berbeda antara satu dengan lainnya. Ada yang masyaAllah kondusif dari segi duniawi dan ilmunya, tapi ada juga yang tidak. Untuk itu agar bisa tetap eksis ria dalam koridor manfaat kubuat tulisan ini. Berhubung banyak ‘emak-emak sosial media’ jadi tidaklah mengherankan jika membuat tulisan disini. Siapa tahu ada yang mau membaca, syukur bisa bermanfaat kalaupun tidak sudah sebagai upaya diri untuk mengeksplorasi diri. Setidaknya dengan menulis mampu mengurai benang kusut yang ada dalam pikiran.
Teringat perkataan seseorang, “Daripada membeli buku mahal dan membaca lebih baik dibelikan susu anak-anak. Dan waktunya untuk mengurus pekerjaan rumah. Di rumah kok masih perlu belajar”. Sampai saat ini, walaupun perkataan itu sudah jauh dibelakang tapi masih terasa sakitnya. Mengapa perkataan itu bisa keluar dari mulut seorang wanita yang juga merupakan seorang istri dan ibu. Bukankah menjadi seorang istri dan ibu itu sangat berat? Sampai saat inipun setelah memasuki usia 5 tahun perkawinan aku masih merasa belum layak dijuluki istri sholehah. Bahkan setiap hari mencoba untuk memperbaiki sana-sini tapi masih merasa belum cukup. Lha ini? Ketika mengungkapkan untuk terus bejar justru disepelekan. Hanya bisa mengelus dada dan beristighfar.
Setiap mengingat perkataan itu pikiran dan hati ini menjadi berkobar. Memang benar ilmu bisa di dapat dimana saja, bahkan dari internetpun bagaikan lautan, tinggal pilih saja. Tapi kan tidak semua bisa seberuntung ini? Bisa menikmati semua fasilitias. Ada yang bisa menikmati salah satu saja sudah bersyukur.
Inilah kita dimasa kini. Buku yang notabene jendela dunia serasa barang mewah bagi kami yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Karena itu, ketika diberi anugerah seorang suami yang peka akan kebutuhan istri kita perlu lebih banyak bersyukur. Salah satunya inilah wujud syukur itu, agar apa yang telah kuperoleh dapat bermanfaat dan bisa menjadi ladang amal di akhirat kelak.
Tidak perlu panjang lebar lagi, Selama masih ada serat asa dalam menjalin tali silaturahmi siapapun bisa membaca, memberi saran bahkan kritik sekalipun.
Salam sayang dari penulis