Wah, surat cinta perpisahan sudah saya dapat dari mentor. Terharu sekaligus sedih.
Gambaran mbak mnrt sy seperti beruang kutub. Induk beruang kutub tahu kapan dia berhibernasi untuk menjaga anaknya dahulu. Setelah anaknya cukup kuat, ibu beruang akan keluar dari sarang. Ibu beruang akan mengajarkan pada anak2nya apa arti berjuang. Esensi kehidupan. Dengan kasih sayang & keteladanan, seperti itu saya memandang mb Apiida. Semoga mb Apida semakin bersinar di kemudian hari, kepakkan sayap mbak semakin tinggi dan meluas, menyebarkan kebaikan untuk sesama. Aamin insyaAllah.
(Mbak Tika)
Surat Cinta untuk Mentor
Alhamdulillah, perjalanan di Buncek sudah mau menuju finish. Senang karena sudah dekat dengan tujuan. Di sisi lain juga sedih, karena kebersamaan pun harus terjeda. Saya harap terjeda, bukan berpisah. Agar suatu saat bisa terjalin lagi, bahkan lebih erat di kemudian hari.
Awal kenal Mbak Tika dari CV di fbg Hutan Kupu-Kupu sudah tumbuh rasa kagum, “Wah, sepertinya pintar dan sistematis nih orangnya.” Dalam bayangan saya, segala sesuatu yang berhubungan dengan artikel dan ilmiah itu sudah paten. Sulit untuk diotak-atik. Pun dengan pemikiran orangnya. Namun, saat itu saya memang membutuhkan ilmunya untuk menguatkan tulisan blog. Jadilah saya nekat melamar dengan segala lika likunya.
Nyatanya, pemikiran saya termentahkan di pertemuan perdana. Sopan, adem dan terlihat lembut. Walau akhirnya saya sayadari ada ketegasan di balik kata atau sarannya. Bahkan tak banyak kata, majas ironi yang diutarakan justru lebih kena di hati. Apalagi saat membicarakan peta belajar dengan apa yang dicapai saat ini.
Perkataan yang jelas perihal, pembahasan peta belajar yang jauh panggang dari api. Seakan perfect realitanya imperfect. Ekspektai terlalu jomplang dari kemampuan. Walau menggores hati, tetapi manjur! Membuat saya segera sadar akan realita yang ada.
Ibarat ikan koi, Mbak Tika sudah menarik diawal. Namun, bagi yang melihat seperti saya, ada keraguan untuk sekadar memegang. Takut kalau ternyata galaklah. Takut kalau nanti lebih banyak bicara perihal sesuatu yang kaku atau akademis. Pun takut kalau seperti dosen yang terlalu banyak memberikan materi apalagi revisian.
Setelah dipegang, kulitnya lembut. Layaknya ikan koi sebagai lambang keberuntungan. Saya juga beruntung mendapat mentor yang sabar, mau mendengarkan serta mau memberikan masukan positif. Sebagai mentor pun materi perihal artikel atau blog tidak menjadi bahasan secara dalam. Yang terpenting bagaimana praktiknya. Mental dikuatkan.
Dari saling tukar cerita, terlihat ketekunan Mbak Tika dalam menyeimbangkan urusan domestik dengan publik. Ini juga menjadi tamparan bagi saya, beliau dengan 4 anak mampu menjalani kehidupan dengan lebih tertata. Sedangkan saya, baru 2 sudah mau mengeluh. Kok terlihat kurang bersyukur.
Walau kondisi anak dan keluarga berbeda, kondisi ini juga menjadi cerminan bagi saya. Orang lain mampu lo tetap berkarya dengan segala keterbatasan dan tantangannya. Kok saya hanya mau berdiam. Semangat untuk menekuni bidang yang ingin dicekatani semakin kuat. Dari sanalah saya juga menguatkan diri untuk bisa konsisten dengan peta belajar yang diambil.
Perihal kekuatan, juga tak perlu diragukan. Saat kali pertama dengar kata Solok Selatan Sumatera Barat. Wah, kondisinya pasti seru.
Mendaki gunung, lewati Lembah. Sunagi mengalir indah ke samudra. Bersama teman bertualang. Jadi ingat nyanyian ninja Hatori nih.
Seperti ikan koi yag memiliki daya hidup yang kuat dan energik, serta mampu berenang melawan arus. Mbak Tika seperti perempuan yang penuh energik. Semangat untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Tidak hanya menimba ilmu tetapi juga berbagi. MasyaAllah.
Beruntung bagi saya untuk dapat memupuk cinta serta menjalin persahabatan. Darinya saya juga belajar untuk lebih jujur pada kemampuan diri. Kalau saat ini kemampuannya segini dan jauh dari ekspektasi ya nikmati. Sesuaikan dengan prioritas pertama, di mana saat ini prioritas itu membersamai tumbuh kembang kedua bocil.
Maafkan ya, Mbak. Kalau selama ini masih menjadi mentee yang santai. Saya bukan tipe yang bisa sat set kalau berkomunikasi. Pun kalau menulis masih ada terselip salah kata ataukah typo. Walau bukan faktor utama, kondisi mata memang menjadi salah satu faktor penyebabnya. Di mana mata bisa cepat lelah kalau sering berada di hadapan laptop atau komputer.
Terimakasih memberi saran yang tepat dan sesuai kondisi. Tidak terasa menggurui ataukah memandang rendah orang lain. Yang lebih penting mau melihat dan mengamati kondisi mentee.
Di mana sebagai ibu dengan bayi baru (ho ho) yang saya rasakan itu lebih banyak lelahnya. Belajar apalagi membaca menjadi sesuatu yang terasa berat. Butuh banyak waktu untuk melakukannya. Namun, dari mentoring semakin saya pahami kalai belajar itu tidak hanya berdasar dari teks bacaan. Kehidupan mentor, saling cerita ataukah dari masukan ternyata mampu menjadi media pembelajaran yang menyenangkan.
Sayangnya waktu kebersaamaan terkadang terhalang kesibukan. Masing-masing punya aktivitas yang tak dapat ditinggal. Jadilah proses mentoring cukup dilakukan melalui chat atau voice note. Semoga di lain kesempatan bisa memiliki kesempatan untuk lebih banyak ngobrol.
Rayakan Kemajuan Mentor
Suasana semakin lama semakin mencair. Serasa berbicara dengan teman. Pembicaraan pun lebih banyak sharing perihal kehidupan. Biasanya saya berperan sebagai pendengar. Sesekali didengarkan itu ternyata lega banget rasanya. Apalagi saat mentor memberi respons positif pada apa yang kita lakukan. Serasa mendapat sokongan walau hanya sebatas virtual. Dan itu ngena banget. Adem rasanya.
Semakin lama, pembicaraan lebih menjurus ke tulisan. Inilah yang membuat saya lebih bersemangat dalam menulis. Setidaknya ada yang membaca dan menikmati tulisan saya. Walau belum sempurna, respons dan doa yang mentor berikan menjadi bagian penyemangat diri.
Terimakasih telah tumbuh dan berkembang Bersama saya. Menjadi mentor teladan itu memang tidak mudah. Alhamdulillah saya mendapat sosok itu dari Mbak Tika. Semoga kedepannya bisa menjadi lebih baik di jalan yang dipilih. Pun selalu dalam lindungan dan ridoNya.
Rayakan Kemajuan Mentee
Selama menjadi mentee, Alhamdulillah mentor juga memberikan pandangannya perihal kemajuan saya selama menjalani mentoring.
Baca juga surat cinta perpisahan saya yang lain. Bagaimana dengan Sobat semua? Sudahkah pernah menulis surat cinta perpisahan? Bagaimana dengan metamorfosis diri selama ikut Buncek?