Trigger
Memiliki anak ADHD memang suatu tantangan tersendiri. Selain harus menghadapi perilaku mereka yang masyaAllah superaktif, kami selaku orang tua juga perlu menemukan kriteria sekolah yang sesuai dengan kondisinya.
Dalam tahun ini, inilah yang menjadi tantangan kami. Di sekolah sebelumnya, bocil belum mendapat fasilitas yang diharapkan. Lebih tepatnya, ia belum mendapat treatment yang sesuai. Perkembangan yang terlihat pun akhirnya seperti hanya jalan di tempat.
Demi kemajuan bocil, kami pun akhirnya melakukan survei ke beberapa sekolah yang selayaknya sesuai dengan kriteria yang kami harapkan, di antaranya:
Sekolah memiliki aktivitas aktif nan produktif
Dalam hal ini, anak ADHD memiliki kelebihan energi dalam menyalurkan pikiran dan aktivitasnya. Ia membutuhkan aktivitas aktif seperti di luar ruangan. Selain itu, harus ada kegiatan yang menarik minat dan perhatiannya. Kalau tidak ada yang sesuai, kemungkinan bocil dapat dengan mudah bosan.
Pilihan kami jatuh pada sekolah alam ataukah montesori. Di mana alat peraga pendidikan atau aktivitas aktifnya lebih dibandingkan sekolah biasa. Sekolah alam apalagi yang berbasis Islam, selain mengajarkan doa, hafalan surat pendek dan hadist di sela aktivitas kegiatan mereka juga menarik karena sudah disesuaikan dengan kebutuhan anak.
Berbeda dengan sekolah biasa yang lebih mengedepankan siswa untuk sekadar duduk dan mendengarkan, di sekolah yang berbasis Montessori lebih berfokus pada minat dan bakat bocil. Bocil tidak harus dituntut untuk diam di satu tempat dalam jangka waktu lama.
Suasana Sekolah Tersamarkan
Bocil dengan ADHD mudah sekali bosan, apalagi bila diminta untuk sekadar duduk dan melihat. Membaca ataukah menulis menjadi hal membosankan yang paling ingin dihindari.
Ia membutuhkan suasana beragam untuk menarik minatnya. Di sekolah yang menunjang kebutuhannya ini, biasanya dilakukan rolling class sesuai dengan apa yang mau diajarkan.
Misal waktunya sains, maka mereka di bawa ke ruangan ataukah di ruang terbuka. Di mana guru sudah menyiapkan peralatan sains yang mau dipraktikkan.
Sekolah seperti ini, biasanya menyediakan kelas lebih terbuka, kursi justru dianggap sebagai bahan tambahan kelas. Bukan hal pokok. Di sana tersusun media pembelajaran seperti mainan atau alat praktikum yang bisa dimainkan anak. Pun anak dapat duduk sesuai dengan keinginan mereka, asalkan masih dalam ruangan yang disediakan.
Kelas yang berbentuk layaknya padepokan/ lesehan itu memiliki magnet tersendiri. Anak dapat mengeksplore ilmu sekaligus bermain di waktu bersamaan. Pun kalau mereka terlihat bosan, pemandangan di luar juga dapat mendukung suasana menjadi lebih tenang dan kondusif.
Dari sekolah yang sudah bocil ikuti, sekolah alam atau Montessori lebih banyak berada di tempat terbuka. Entah dekat sawah, lapangan atau tanah terbuka. Pun kalau lahannya terbatas, sekolah ditata sedemikian rupa mendekati alam.
Juga penataan infrastrukturnya lebih menyerupai tempat rekreasi. Buku ada di spot tertentu, mainan di sudut lain, ada taman mini, juga kolam ikan. Indah dan sejuk untuk sekadar duduk ataukah mengobrol ringan dengan teman.
Pendidik yang Sabar dan Perhatian
Keaktifann bocil perlu ditangani oleh tenaga professional nan tepat. Bagaimana pun ia harus mengejar ketertinggalannya dari teman sebaya. Terutama kemampuan fokus dan belajarnya. Dari sini tentu saja membutuhkan pendidik yang rela mendampinginya dengan senang hati dan perhatian.
Belum lagi menghadapi emosinya yang tak menentu. Perlu pendekatan tepat agar ia dapat mudah ditangani dan merasa nyaman. Mau tidak mau, tenaga yang diperlukan pendidik lebih ekstra.
Tidak semua sekolah mampu melakukannya. Karena itu, mengkomunikasikan kondisi anak menjadi tantangan sendiri bagi kami.
Menjelaskan Kondisi Bocil Secara Jelas
Hari ini pertemuan kedua dari proses pendaftaran bocil dalam mencari TK. Jika sebelumnya hanya trial class, kali ini ada pemeriksaan psikolog yang langsung melihat bocil. Tujuannya tentu saja untuk menentukan apakah, ia mampu untuk mengikuti setiap proses pembelajaran di sekolah. Pun bagi sekolah agar dapat mengukur, apakah mereka mampu menangani bocil nantinya.
Di sela pemeriksaan, saya berbincang dengan salah satu guru di sana. Dari awal kedatangan, saya sudah disambut dengan ramah dan penuh senyuman.
Ms. Ema (panggil saja demikian), menjadi salah satu pengajar kelas. Beruntung ia masih ingat bocil sewaktu ikut trial class. Suaranya yang lembut dan ramah nyatanya mampu dekat dengan bocil dalam waktu singkat.
Agar bocil tak bosan, ia mengarahkannya untuk ke ruang bermain sembari menunggu giliran assessment dari psikolog. Beruntung bocil mau dan antusias. Di saat itulah, kami berdiskusi mengenai kondisi bocil.
Saya mencoba untuk menjelaskan detail perilaku dan perkembangan yang dicapai bocil sampai saat ini. Pun juga mengenai terapi yang dilakukan. Tidak berhenti dari sana, kami juga mengobrol kenapa bocil perlu mengulang TK.
Dari sana setidaknya saya tahu, walau bocil belum tentu diterima, setidaknya ia emiliki kesempatan karena sekolah sudah pernah memiliki pengalaman dalam menangani anak ADHD.
#tantanganzona2
#harike-6
#bundasayang8
#institutibuprofesional
#ibuprofesionaluntukindonesia
#bersinergijadiinspirasi
#ip4id2023