Waspadai Tanda dan Gejala Jantung Bocor Pada Bayi

Trigger Jantung Bocor pada Bayi

Ada lima bayi yang saya kenal didiagnosis jantung bocor oleh dokter. Sebut saja bayi A (5 bulan), bayi B (2 bulan), bayi C (6 bulan), bayi D (1,8 bulan) dan bayi E (sekarang sudah 5 tahun). Semuanya terjadi dalam kurun waktu dua tahun. Kecuali bayi E, saya kenal sang ibu ketika tinggal di kontrakan dulu. Sekitar lima tahun lalu.

Bayi A meninggal di usia 5 bulan, sejak lahir kondisinya membiru dan tidak menangis. Langsung masuk NICU. Dibolehkan pulang setelah usia dua bulan, di mana berat badannya sudah dinayatakan normal sesuai tumbuh kembang anak seusianya. Dengan membawa selang NGT atau Nasogastric tube, setiap minggu ia harus tetap kontrol. NGT saat itu digunakan untuk memudahkan tenaga kesehatan atau orang tua mengukur asupan yang masuk ke tubuh (susu). Pun karena bayi mudah tersedak dan membiru.

Ketika kondisi membaik, control dilakukan dua minggu bahkan sebulan sekali. Namun, pernah pula tiba-tiba sesak saat tersedak minum susu. Dilarikan ke rumah sakit lagi dan masuk NICU. Yang terakhir, di usianya yang ke 5 bulan, tiba-tiba ia sesak dengan wajah membiru saat tidur. Ketika dibawa ke dokter tak tertolong.

Bayi B sejak lahir juga hampir sama dengan bayi A. Namun, sesak yang dialami lebih parah. Badan juga sering membiru. Dibawa pulang dengan NGT dan selang oksigen. Sayangnya, ia meninggal lebih cepat setelah imunisasi. Badan panas dan membiru disertai sesak tak mampu ditangani. Ia meninggal dalam perjalanan ke fasilitas kesehatan terdekat.

Bayi C diperiksakan setiap bulan ke dokter anak. Tiga bulan tak  ada kenaikan berat badan. Bayi juga lebih pasif dari sebaya. Dokter menyarankan EKG ditemukan adanya gangguan ritme jantung.  Pemeriksaan dilakukan lebih intensif ditemukan adanya jantung bocor. Disarankan untuk adanya kateterisasi dan saat ini sedang masa pemulihan.

Bayi D masih menunggu tindak lanjut dari dokter. Berat badan masih belum sesuai target. Hotel masih penuh. Dalam menyebut rumah sakit, orang-orang di sekitar menyebutnya sebagai hotel. Perkembangan anaknya juga bisa dikatakan lebih lambat. Di usia 18 bulan, ia masih mencoba untuk berdiri dan berjalan. Kata yang keluar pun tak ada.

Anak E ini sekarang sudah TK. Sejak bayi juga sering keluar masuk hotel. Kadang sehari, pernah pula berbulan-bulan. Sampai-sampai ibunya hafal apa yang akan dikatakan oleh tenaga kesehatan. “Sabar ya, Bu. Sewaktu-waktu belajar untuk ikhlas.” Di antara teman-teman di TK, ia bisa dibilang aktif dan cerewet. Dalam berkegiatan, ia juga sering berkeringat di tangan. Mudah capek. Alhamdulillahnya, tetap bisa mengikuti apa yang dilakukan oleh teman seusianya.

Melihat beberapa kejadian yang terjadi pada orang sekitar, baik tetangga atau saudara. Saya pun penasaran tentang jantung bocor ini. Kenapa hal ini bisa terjadi?

Jantung Bocor pada Bayi

Jantung bocor pada bayi yang biasa kita dengar dalam istilah medis disebut cacat septum atrium. Septum berarti dinding pemisah, sedangkan atrium ruang-ruang yang ada di dalam jantung. Kebocoran ini beda letak, beda penyebutannya. Pun besar kecilnya lubang, mempengaruhi tingkat kerparahan.

Lubang ini dapat mengganggu peredaran darah jantung. Darah yang seharusnya beredar di satu sisi jantung, dapat bocor ke sisi lainnya. Kondisi tersebut berpotensi menjadi masalah yang serius kalau tidak segera ditangani.

Gambaran Jantung Manusia

Jenis Jantung Bocor pada Bayi.

Yuk, kita menyimak bareng-bareng.

1. Cacat Septum Atrium

Ini adalah jenis jantung bocor yang terjadi ketika terdapat lubang pada dinding yang memisahkan atrium (bagian atas jantung).

2. Cacat Septum Ventrikel

Pada kondisi ini, terdapat lubang pada dinding antara ventrikel (bagian bawah jantung). Ini lebih parah gejalanya daripada atrium. Ventrikel menjadi pintu gerbang peredaran darah ke seluruh tubuh.

3. Cacat Jantung Lainnya

Selain cacat septum, ada juga kondisi lain seperti stenosis katup (katup kaku/ mengeras) atau regurgitasi katup (katup tida dapat menutup sempurna) yang bisa menyebabkan aliran darah tidak teratur.

Gejala Jantung Bocor pada Bayi

Dari ibu bayi yang saya tanya, tiada gejala yang dialami saat kehamilan. Bahkan, ada yang mengalami bayi kebo. Istilah orang Jawa, bagi kehamilan yang easy going. Enak diajak apa pun. Tak ada ngidam parah. Dibawa kemanapun bayi juga anteng dan tidak rewel.

Gejala jantung bocor dapat diketahui saat bayi sudah lahir. Gejalanya bervariasi, melansir dari Mayoclinic dan cerita dari kelima ibu di atas. Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan, termasuk:

1. Kesulitan dalam bernapas

Bayi yang mengalami jantung bocor mungkin menunjukkan kesulitan dalam bernapas. Hal ini dapat terlihat dari jumlah tarikan nafas serta tarikan otot dadanya. Kalau sudah seperti ini, bayi mudah rewel.

Dari semua ibu di atas, semuanya mengatakan hal yang sama. Dalam momen tertentu, bayi bisa saja tiba-tiba sesak. Lebih sering saat minum. Bisa juga saat tidur.

2. Kulit Pucat

Penyebabnya karena kurangnya sirkulasi darah yang baik. Bibir juga lebih kebiruan. Dari sebagian ibu dengan bayi jantung bocor, pada awalnya mereka menganggap kalau ini bukanlah hal yang urgent. Ada yang menganggap ini semua karena bayi memang seperti itu. Bisa juga karena kurang terpapar sinar matahari.

3. Mengalami Gangguan Pertumbuhan

Beberapa bayi dengan jantung bocor mungkin mengalami kesulitan dalam pertumbuhan dan perkembangan, dari berat badan hingga pertumbuhan fisik. Hal ini paling terlihat pada bayi D.

4. Detak Jantung yang Tidak Normal

Detak jantung bayi yang tidak teratur atau terlalu cepat dapat menjadi indikasi adanya masalah jantung. Hal ini diketahui setelah rutin diperiksakan ke dokter anak.

5. Mengalami Kesulitan Menyusui atau Makan

Bayi mudah lelah. Daya minum dan makan berkurang. Untuk mengatasi masalah ini, dokter menyarankan untuk memberikan susu/ ASI sesuai takaran. Jam pun ditentukan. Dari semua bayi yang lebih berusia 6 bulan, kesulitan makan lebih intens saat masa MPASI.

6. Kelelahan

Berpengaruh pada aktivitasnya. Bayi terlihat kurang aktif atau tampak kelelahan dengan cepat. Saat duduk atau terlentang bayi seakan bengong. Walau respons cepat, Gerakan mereka terlihat lebih lambat.

Penyebab Terjadinya Jantung Bocor pada Bayi

Berbicara mengenai penyebab, sisi ibu menjadi lebih sensitif. Selalu ada rasa bersalah. Pun secara disengaja atau tidak, masyarakat di sekitar pun berpendapat demikian.

“La ibunya hanya makan mi instan terus.”

“Ibunya jarang olahraga, makannya sembarangan. Pedes, micin tak peduli, semua masuk.”

Dan masih banyak dugaan dari masyarakat tentang hal ini. Padahal tidak hanya itu lo penyebabnya, bisa juga karena kelainan kongenital. Di mana gangguan perkembangan jantung memang sudah terjadi sejak di kandungan. Bisa karena genetik, infeksi selama kehamilan,  ataukah karena pengaruh obat-obatan selama kehamilan.

Faktor lain tak kalah penting, harus dilihat juga lingkungannya. Adakah polusi udara atau bahan kimia? Apakah di sekitar banyak perokok aktif?

Kelahiran prematur dan adanya komplikasi selama persalinan juga  tak dapat dikesampingkan.

Diagnosis dan Pengobatan

Dalam memberitahukan kondisi bayi, dokter melihat dan mengawasi bayi sejak lahir. Ada yang langsung terdeteksi di awal. Namun, ada pula yang tidak. Bergantung pada ukuran lubang di jantung.

Saat pertumbuhan dan perkembangan bayi tak sesuai umur. Di sanalah dokter mulai melakukan pemeriksaan lebih detail, salah satunya dengan EKG atau ekokardiogram. Setelahnya, pengobatan dapat beragam, mulai dari pengawasan dan perawatan hingga pembedahan untuk memperbaiki lubang pada jantung.

Nah, untuk lebih waspada, kita harus lebih aware pada kondisi bayi kita:

  • Gejala yang dirasakan ibu atau yang diperlihatkan bayi dan kapan kita menyadarinya.
  • Informasi pribadi yang penting, termasuk riwayat keluarga dengan masalah jantung yang ada sejak lahir.
  • Semua obat, vitamin, atau suplemen lain yang sedang dikonsumsi. Lebih baik disertai dosis dan masa mengkonsumsinya.

Pun, bila anak kita/ kenalan ada yang mengalami jantung bocor. Cobalah untuk sharing perihal:

  • Apakah penyebab paling memungkinkan?
  • Tes apa yang dibutuhkan?
  • Apakah defek septum atrium mungkin menutup dengan sendirinya?
  • Apa saja pilihan pengobatannya?
  • Apa risiko dari operasi perbaikan?
  • Apakah ada batasan aktivitas?
  • Apakah ada sumber informasi yang direkomendasikan?

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *