Yuk, Kenalan dengan SOKOOMAH!

Sebelumnya perkenalkan dulu ya? Saya seorang ibu rumah tangga biasa dengan kemampuan luar biasa yang siap berbagi. Sombong sedikitlah sebelum merendah. Setelah lulus dari S1 Keperawatan UNIBRAW Malang, saya merantau ke Bogor. Lebih tepatnya ikut pogram SGI VI (Sekolah Guru Indonesia). Berawal dari niat untuk membawa perubahan, saya ditempatkan di Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Tenyata, di daerah pedalaman yang serba tebatas, saya menemukan passion yang selama ini terpendam.

Berawal dari sebuah cinta, pekerjaan menjadi penuh keberkahan, teman menjadi keluarga, dan pengalaman menjadi guru berharga untuk menjalani masa depan.

(Apiida Sokoomah)

Setahun di sana banyak hal yang terjadi. Inilah yang akhirnya menjadi titik tolak untuk mendirikan SOKOOMAH. Selama ini, seks dianggap sebagai sesuatu yang tabu dan tak layak untuk dibicarakan. Namun, pada praktinya, tindakan jauh lebih tak senonoh daripada hanya sekadar kata. Anak kecil dilarang pacaran, tetapi selepas sekolah ada seorang bocah yang dijadikan pemuas nafsu setan yang bewujud kakak kelas. Keluarga seakan malu untuk membuka diskusi, nyatanya,di daerah tanpa listik itu video porno bisa dibeli dengan harga murah (saat itu 35 ribu) lengkap dalam satu flashdisk empat giga. Kadang ponsel pun menjadi barang sewaan dan ladang bisnis yang menjanjikan.

Bila dibandingkan dengan yang saya alami, semuanya jauh betolak belakang. Saya mengenal video porno sewaktu awal kuliah. Kala itu pun, tak sengaja membuka sewaktu mencari tugas. Dulu, masih belum ada pemblokiran dari pemerintah. Bagi pejuang di warnet pasti tahu bagaimana sistem dan banyaknya video tak senonoh yang tersimpan di sana. Saat itu, saya masih bisa menakar antara kepentingan dan juga keinginan untuk mencari tahu lebih dalam. Kalau anak-anak itu? Siapa yang akan memberitahu mereka?

Ini kekeliruan dunia pendidikan kita, yang menganggap mata pelajaran sains lebih penting, dan mendiskriminasi budi pekerti. Akibatnya banyak anak cerdas yang justru terjerumus dalam narkoba, seks bebas, tawuran, dan korupsi ketika dewasa.

(Seto Mulyadi)

Sewaktu mengatakan kegelisahan dan keresahan ini, orang dewasa di sana seakan tak percaya. Kepolosan sang anak seakan tak rela dinodai oleh kenyataan yang tersamarkan. Untuk itulah, secara perlahan saya mengambil jalan nekat untuk lebih mendalami tentang seksualitas itu sendiri.

Malu, itulah yang sejatinya saya rasakan di kala nama SOKOOMAH terbentuk. Namun, dukungan dari rekan dan dorongan hati akhinya menguatkan diri untuk terus maju. Walau harus sendiri, ada jalan untuk bebagi. Berbagi apa? insyaAllah banyak: ilmu, uneg-uneg, pengalaman, atau pun dalam materi (jika diberi rezeki lebih) kepada semuanya.

Semua yang ada dalam postingan merupakan pengalaman sendiri ataupun mereka yang ada di sekitar. Kadang dari sumber buku yang InsyaAllah bisa dipertanggungjawabkan  untuk itu nanti akan  saya tulis sumbernya. Mengapa perlu ditulis? Seperti yang kita tahu kodrat manusia sebagai makhluk pelupa membuat kita terkadang sulit untuk berintropeksi diri. Karena itulah momen kebersamaan keluarga merupakan hal penting yang patut untuk dicatat. Jika pengalaman menyenangkan semoga bisa menjadi inspirasi, tetapi bila hal berkebalikan yang dicari maka itu sebagai bahan renungan bersama.

Mengapa namanya SOKOOMAH?

Logo Soko Omah
Sederhana Tetapi Bermakna

Seperti yang kita tahu, untuk membentuk rumah yang kokoh, tahan terhadap segala kondisi termasuk gempa, angin puting beliung ataupun lainnya kita memerlukan perancang rumah yang matang, bahan yang berkualitas, dan penanggung jawab proses pekerjaan. Mulai dari peletakan batu hingga polesan cat didesain agar rumah kuat, tetapi tetap terlihat indah. Semuaya memerlukan ilmu,  waktu, tenaga, materi bahkan emosi.

Sama seperti ketika mebangun rumah, membentuk keluarga pun butuh perencanaan matang. Bagaimana visi-misi keluarga, pembagian tugas dalam keluarga ataupun mengurus anak membutuhkan ilmu yang tidak hanya dipelajari, tetapi juga perlu untuk diaplikasikan. Karena itulah dengan tulisan ini semoga sedikit membantu bagi mereka yang memang mempunyai cita-cita yang sama seperti penulis. Yaitu membentuk keluarga bahagia dunia akhirat. Bahagia di sini bukan hanya diisi dengan tawa tapi lebih kepada bagaimana kita bisa bersyukur akan segala kondisi yang dialami bersama orang terkasih.

Kondisi setiap keluarga berbeda antara satu dengan lainnya. Ada yang masyaAllah kondusif dari segi duniawi dan ilmunya, tetapi ada juga yang tidak. Untuk itu agar bisa tetap eksis ria dalam koridor manfaat  saya membuat tulisan ini. Berhubung banyak ‘emak-emak sosial media’ jadi tidaklah mengherankan jika membuat tulisan di sini. Siapa tahu ada yang mau membaca, syukur bisa bermanfaat kalaupun tidak sudah sebagai upaya diri untuk mengeksplorasi diri. Setidaknya dengan menulis mampu mengurai benang kusut yang ada dalam pikiran.

Bermula dari sekadar hobi, semuanya berlanjut hingga melahirkan tulisan, antara lain:

  1. Novel Romantika Di Balik Pintu IGD (Elfamediatama, 2019)
  2. Kompromi Dua Jiwa-Menguatkan Pondasi Keluaga Bersama Mertua naskah favorit non fiksi populer 2020.
  3. Novel Di Ambang Batas (Penerbit Lingkaran, 2021)

Dulu, buku yang notabene jendela dunia serasa barang mewah bagi saya yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Karena itu, saya bertekad untuk menulis buku ketika diberi anugerah seorang suami yang peka dan selalu memberikan dukungan. Salah satunya inilah wujud syukur itu, agar apa yang telah  saya peroleh dapat bermanfaat dan bisa menjadi ladang amal di akhirat kelak.  

Tidak perlu panjang lebar lagi, Selama masih ada serat asa dalam menjalin tali silaturahmi siapa pun bisa membaca, memberi saran bahkan kritik sekalipun.

Salam sayang dari penulis.

Apiida Sokoomah

Dsn, Sareyan Ds. Wonokomo Ke. Pleret

Bantul, DIY  66791

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *